NARRAN.ID, ANALISIS - Sebut saja Zainul Arifin, pemuda asal Palu Sulawesi Tengah itu melaporkan penyanyi Widy Vierratale yang dianggap telah melakukan pornografi walaupun seharusnya lebih memilih diksi pornoaksi. Menurut Zainul, anggota Forum Pemuda Sulawesi ini menganggap tingkah lagi Widy tidak “beradab” dengan membuka baju dan bertelanjang dada. Zainul berargumen bahwa tindakannya menentang UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Pornografi. Bagi Zainul, apa yang dilakukan Widy di panggung telah melukai publik dan tak menghormati masyarakat Palu. Disinilah argumen Zainul meloncati bahan materil dari masalah yang dilaporkannya, yakni musibah alam!
Palu pernah diterpa gelombang Tsunami tahun 2018 silam yang menewaskan banyak korban. Sebagian orang menyangka hal itu bersifat teologis, yakni teguran yang maha kuasa. Namun dalam penjelasan sains menyatakan wilayah Palu memang rentan pada bencana. Kembali pada Widy, musabab telanjang dada menurut kuasa hukum Zainul dinyatakan sebagai upaya memancing pada sang maha kuasa untuk menurunkan adzab kembali ke tanah Palu. Semua tidak menginginkan, oleh karenanya diminta Widy harus mengakui dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Widy merasa dipojokkan, baginya hal itu sudah biasa dia melakukan aksi dengan penampilan seksi. Sebagian besar penonton yang mengikuti konsernya sudah tahu gelagap dan ciri penampilannya itu. Salah satu alasan yang dikeluarkan oleh Widy bahwa, saat konser udara tidak membuatnya nyaman. Kegerahan itulah yang membuatnya melemparkan baju untuk menetralisir suhu tubuhnya. Widy bahkan menjelaskan bahwa itu bukan “be-ha”, melainkan bra olahraga yang cocok dibawa dalam aktifitas di luar aktifitas kebugaran tubuh.
Netizen Terbelah
Kini Widy dan Zainul bertaruh nasib, tetapi sebelum jauh menjadi keputusan hukum. Lihat bagaimana netizen kita menghakimi. Pendukung Zainul menganggap Widy tidak menghargai adat dan sopan santun masyarakat setempat. Benar bahwa mayoritas mayarakat Palu adalah penganut agama Islam. Secara terang, tindakan Widy bertautan dengan argument fikih tentang hal kemaksiatan bagi mereka. Ketakutan akan azab tuhan adalah argumen yang tidak realistis, namun cukup banyak netizen berseru “semoga tuhan mengampuni kita”. Ya walaupun terlihat memaksa adanya argumen teologis semacam itu, mereka tau bahwa segala perbuatan tidak akan bebas dari seleksi tuhan. Widy benar-benar ditempatkan netizen dalam arena yang menasbihkannya sebagai perempuan yang “tidak baik”.
Pembela Widy menyebutkan bahwa tuduhan moral semacam itu tidak cocok. Widy sudah tepat dan sesuai menempatkan diri sebagai publik figur. Kecuali, Widy tampil di sekitaran masjid, demikian pendapat netizen. Pendapat soal azab, nampaknya tidak rasional. Netizen yang membela Widy menganggap argumen itu menyesatkan dan tidak mempercayai kodrat tuhan yang sudah ditetapkan. Terdapat dorongan antara kelompok rasional dan telogis saling beradu tentang “be-ha” vs bencana.
Apakah sejauh itu dampak be-ha Widy? Coba bandingkan dengan pernyataan John Lennon yang kontrovesial itu, bahwa The Beatles lebih terkenal daripada Yesus sepertinya dipersepsikan kebablasan. Gambaran ini menunjukkan seolah- olah ketenaran adalah sebuah agama baru dan para pesohor adalah tuhan mereka. Seorang anggota parlemen dari Inggris (1987–1997) David Porter juga pernah menuliskan bahwa celebrity worship syndrome (CWS) adalah agama baru untuk banyak orang. Atau Widy itu semacam Lady Gaga yang memiliki kesan overgeneralisasi bahwa setiap calon penonton Lady Gaga akan kerasukan setan dan para calon penonton pun mungkin masih bertanya-tanya setan mana yang dipuja oleh Lady Gaga.
Widy nampaknya juga tak separah Lady Gaga yang disebut oleh aktivis Muslimah sebagai Robot Illuminati. Aksesoris penampilan Lady Gaga dalam setiap konsernya, secara vulgar menonjolkan lambang illuminati dan paganisme. Illuminati adalah sebuah kelompok Zionis Yahudi yang memiliki hubungan erat dengan Free Masonry, kelompok rahasia dan bawah tanah Zionis. Illuminati adalah sekte Luciferian (iblis) yang memiliki arti Sang Pembawa Cahaya dan sekte ini memiliki misi untuk menghancurkan umat Islam melalui ide pemikiran rusaknya.
Bukan Soal Be-Ha
Beauvoir dalam The Second Sex mengungkapkan bahwa ketidakadilan gender berawal dari persepsi masyarakat terhadap tubuh perempuan. Gambaran paling konkret adalah simbol organ seks masing-masing. Laki-laki memiliki phallus dan sperma, sedangkan perempuan adalah pemiliki rahim dan selaput dara.
Phallus dibicarakan sebagai simbol dominasi laki-laki sejak dulu. Di Italia, Paris, Mesir, Amerika hingga Indonesia simbol phallus diabadikan dalam berbagai obelisk. Laki-laki terbiasa beraktivitas di medan yang penuh marabahaya, sedangkan perempuan adalah simbol kerapuhan yang banyak disimpan di ruang-ruang domestik. Laki-laki menjadi terampil tangannya karena maskulinitas menuntut untuk melakukan usaha pemenuhan kebutuhan, sedangkan para perempuan rapuh barangkali jadi kesepian lalu banyak berbagi dengan curhat harian.
Widy adalah bukti bahwa tubuh perempuan menjadi parsial. Be-ha, dada, paha, merupakan bagian tubuh yang sama-sama dimiliki oleh laki-laki maupun perempuan. Bab ekpresi tubuh dan menganggapnya sebagai bagian bencana tidak elok dibicarakan. Bukankah dalam agama Islam sekalipun, lelaki juga memiliki batas bagian tubuh yang maksiat? Lalu bencana apa yang disebabkan melihatnya? (Red/M21)