Iklan

Kakandamu Tidak Selalu Baik Dinda

narran
Rabu, 30 November 2022 | November 30, 2022 WIB Last Updated 2022-11-30T06:52:54Z
HMI, Mahasiswa, Anekdot

NARRAN.ID, INTERMEZO - Dinda posisi? Sebuah pertanyaan kilat yang meminta kejelasan letak geografis junior untuk segera menghadap. Secara simultan, adinda (panggilan akrab) yang masih belia dan butuh penataran itu harus segera mengkonfirmasi pesan itu, jika tidak karir organisasi luar dan dalam bisa mandeg. Bagi kakanda senior, suatu kewajaran dan keharusan memastikan segala hal berkaitan tentang junior harus “kondusif”. Bahkan urusan tetek bengek junior sampai rumpi asmaranya, kakanda harus dengar dan menyimak. Jikalau perlu menjadi hakim pemutus perkara atau orang yang “mengkarateker” masalah atau oknum sementara.

Kekuasaan kanda muskil ditolak, pengalaman bacaan dari hapalan judul buku itu, telah menjadi senjata ampuh buat adinda-adina junior yang seolah hidup di planet Pluto sana. Belum lagi, jika abangda sudah bersilat teori dan gagasan, niscaya seakan pencetusnya sekalipun akan hilang percuma. Maha benar abanda itu, kecipatnya menjadi fatwa dalam memekanisme kehidupan dan pergaulan akademis adindanya. 

Sedikit-sedikit adalah buat ngopi-ngopi yang ditransfer setahun sekali. Et, tapi jangan lupakan itu, sebab catatanya akan sangat rapih dan kemungkinan akan ditagih menjelang kepentingan kakanda mendekat. Karma akan tiba lebih cepat dari dibayangkan, jika kakanda sudah murka. Adinda tidak boleh bersiasat atau menyusun skema perencanaan diluar ekspektasi atau tujuan kakanda, bisa kena monitor “Siap 86”. 

Seorang junior pernah menangis karena kakandanya tidak mendukung niatnya masuk internal organisasi. Jerih payahnya menyongsong kakandanya tidak berbayar lurus. Waktu dan tenaga pengabdiannya dibayar tuba. Kisahnya, ternyata kakanda lebih “sreg” pada adinda yang lebih manis-manis (asem jawa) rupa dan perangainya sehingga berani menempatkan dia lebih optimis mendapuk disposisi pengurusan dituju.

Dalam dunia per-kakanda-an itu, tidak semua kok isinya aktor antagonis dan permisif. Ada juga kakanda yang diam, ilang-ilangan namun setia, entah hilang karena banyak pikiran atau sedang bertapa suci dan puasa Daud akibat proyek tidak turun dari senior middle class-nya, kece gak tuh!

Persaingan menjadi kakanda tidak kalah sengitnya. Mereka harus ikut jenjang pelatihan yang “naudzubillah” beratnya, bahkan jendral militer minta ampun akan sulitnya medan dan seleksi ilmiah. Cerita kesuksesan perkaderan, bagai cerita Oedipus yang sukses mendorong batu ke atas gunung. Di mana kakanda di atas puncak sana, akan ditengadahi oleh pandangan adinda yang hina lagi dina. Legitimasi akan segara tiba, kepak kharisma (bukan kebhinekaan) kakanda mengalir sampai jauh (tidak ke Merauke) dari luar forum sampai sudut intim sekalipun.

Salah satu keunggulan kakada itu, mereka bisa menyediakan pertimbangan dan penyusunan pola pikir. Luar biasa bukan, diskusi dengan kakanda melewati capaian pembelajaran dosen di kelas. Kadang-kadang Kang Warkop harus memohon agar menyudahi obrolannya. Bayangkan saja, mulai dari politik urusan perut sampai bab filsafat yang tidak ada di buku tuntas diluruskan kakanda. Apalah daya, adinda yang hina lagi papa harus menerima hujjah-hujjah sekaligus instruksi mematuhi isi kajian itu.

Dalam urusan asmara, kakanda sangat bisa diandalkan. Bayangkan saja, mengkader ratusan manusia namun tetap memiliki satu pasangan resmi. Inilah mengapa menjadi kakanda itu berat untuk ditolak kisi-kisi CV dan pengalamannya. Kalau kakanda sudah mengutip isi surat cinta Ahmad Wahib pada kekasihnya, percayalah banyak hati adinda-adinda berguguran bak kelopak bunga Sakura di taman Cibodas.

Tetapi tidak sedikit, adinda manis kehilangan arah sebab kakanda terlalu sibuk “membangun umat”. Keromatisan hanyalah sebatas kabar “aku sehat, jangan lupa makan” (ho’oh). Menjadi kekasih kakanda adalah kehormatan, wow! Ketulusan membina ratusan kader-kader saja bisa, apalagi cuma satu orang (repot). Anehnya, banyak kakanda sering tidak empati jikalau putus asmaranya. Kadang adinda diserahkan pada alam bebas, dengan maksud dalam hati bahwa kakanda sudah menurunkan ilmu kanuragan saktinya. Bekal itu akan membuat adinda yang bersedih itu memiliki daya tahan Sakatonik ABC yang lebih prima, bahkan melawan kezaliman rezim tak akan dia hutang satu langkah.

Demikianlah pesan hikmah dari kisah kakanda dan adinda yang sudah banyak mengisi panggung sejarah lisan dari warkop ke warkop, hingga kongres ke kongres. Adinda tetap sabar yah! Cobaan ini kalau tidak selesai, ya insyallah akan berlanjut. Takbir!


Penulis :
Memo Marhaen
(Penikmat Wahana Sosial)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kakandamu Tidak Selalu Baik Dinda

Trending Now

Iklan

iklan