Iklan

Siapa Di balik Legalisasi RUU Anti-LGBT Rusia?

narran
Minggu, 27 November 2022 | November 27, 2022 WIB Last Updated 2022-11-27T06:02:37Z

LGBT, Rusia, RUU Anti-LGBT


NARRAN.ID, ANALISIS - 
Siapa sangka, ditengah kecamuk perang yang dimainkan Rusia di Ukraina. Rusia masih sempat mengejutkan dunia internasional dengan meloloskan RUU paling kontroversial menurut masyarakat Eropa, RUU Anti-LGBT. Rusia nampaknya semakin menjauhkan rotasi diri mereka dengan pola kehidupan kebebasan hak yang dianut sebagian besar negara-negara eropa.

Parlemen Rusia pada Kamis menyetujui RUU yang memperluas larangan "propaganda LGBT" dan membatasi "demonstrasi" perilaku LGBT, membuat ekspresi gaya hidup LGBT menjadi hampir mustahil.

RUU itu masih menunggu persetujuan majelis tertinggi parlemen mereka, dan tentu saja tanda tangan pemimpin tertinggi mereka, Vladimir Putin. Fokusnya bahwa setiap tindakan atau informasi yang dianggap sebagai upaya untuk mempromosikan homoseksualitas - baik di depan umum, online, atau dalam film, buku, atau iklan - dapat dikenakan denda yang berat.

Rusia tidak main-main soal RUU itu, nanti bakalan menyasar semua aktifitas LGBT sampai tindakan terkecil yang sebelumnya hanya melarang promosi gaya hidup LGBT yang ditujukan untuk anak-anak. RUU baru itu juga melarang "demonstrasi" perilaku LGBT kepada anak-anak.

Alasan utama parlemen Rusia sederhana bahwa terdapat nilai-nilai tradisional yang mereka anut untuk melawan dominasi dan penagruh barat. Dalam hal ini, mereka mengambil jarak sosial budaya dengan negara modern eropa seperti Inggris atau Prancis. Liberalisme hingga detik ini masih dipertimbangkan sebagai cara pandang masyarakat Rusia. Namun argumen ini sangat politis, banyak mengira hal ini sekedar meluruskan cara pandang pejabat tinggi saja, sebagaimana halnya mereka menginvasi Ukraina.

Pihak berwenang telah menggunakan undang-undang yang ada untuk menghentikan pawai kebanggaan gay dan menahan aktivis hak-hak gay. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan undang-undang baru ini dimaksudkan untuk mengusir apa yang disebut gaya hidup LGBT "non-tradisional" yang dipraktikkan oleh lesbian, pria gay, biseksual dan transgender dari kehidupan publik sama sekali.

Undang-undang akan mengenakan denda yang cukup besar untuk mengadakan unjuk rasa kebanggaan gay atau memberikan informasi kepada anak di bawah umur tentang komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender. Individu yang melanggar hukum akan didenda hingga 5.000 rubel atau sekitar 1,3 juta rupiah. Lain cerita bagi  organisasi media yang sengaja melakukan propaganda LGBT dapat dihukum hingga 1 juta rubel atau sekitar 260 juta rupiah.

Ada catatan menarik, rupanya RUU itu terdapat ketentuan yang memungkinkan petugas polisi untuk menangkap dan menahan (hingga dua minggu) setiap warga negara asing atau turis yang mereka curigai sebagai gay, lesbian, atau “pro-gay.”

Siapa Penyokongnya?

Meskipun perlakuan tidak adil terhadap kaum gay dan lesbian terlalu umum di dunia kita, hal itu tidak sering menjadi berita utama internasional. Padahal sejak Juli 2022 lalu, Putin sudah mengesahkan undang-undang yang melarang adopsi anak-anak kelahiran Rusia oleh pasangan gay serta semua pasangan atau orang tua tunggal yang tinggal di negara-negara di mana kesetaraan pernikahan ada.

Gereja Ortodok Rusia di bawah kepemimpinan Patriarch Kirill I, dituduh sebagai pendukung utama pejabat Kremlin atas RUU Anti-LBGT itu. Mereka bahkan secara terang-terangan melakukan serangan atas para pendukung LGBT yang berdemonstrasi menolak disahkan RUU itu.

Kristen Ortodok menilai ada ketidaksinambungan pola pikir kaum LGBT dengan ajaran mereka. Mereka menyebutnya penyimpangan yang sistemik. Bahkah, mereka menyebut itu sebagai malapetaka dari barat yang mengancam masyarakat Rusia dan dunia. Tidak salah jika mereka begitu menempel ketat pada setiap keputusan Kremlin. Hubungan keduanya nyatanya cukup mendalam. Mengingat, tidak ada respon khusus dan sikap Kristen Ortodok Rusia yang menekan Putin menghentikan invasi Ukraina.

Ada dugaan lain yang menyatakan bahwa RUU Anti-LGBT ini sebagai penghambat anak muda Rusia kehilanagan nasionalisme mereka. Apalagi, Rusia saat ini masih banyak membutuhkan sukarelawan muda yang siap turun ke medan laga Ukraina. Namun yang pasti, kita akan akan lebih banyak melihat respon dunia barat, setelah mereka juga tidak berdaya menghentikan invasi ke Ukraina (Red/M21).

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Siapa Di balik Legalisasi RUU Anti-LGBT Rusia?

Trending Now

Iklan

iklan