Iklan

Balada Elitisme Kaum Ekonomi Sulit

narran
Jumat, 02 Desember 2022 | Desember 02, 2022 WIB Last Updated 2022-12-02T03:30:16Z

Opini, Anak Muda
(Sumber: www.merdeka.com)
NARRAN.ID, OPINI - “Gaya elite ekonomi sulit”, menjadi kalimat yang sangat sering diutarakan oleh anak muda, seandainya kalimat tersebut diganti menjadi “sadar diri ku menjadi elite, karena ekonomi sulit”, mungkin akan terkesan lebih prestisius. Memanjakan diri dengan gaya yang sangat menarik untuk dilihat dirinya dan orang lain, entah mengapa itu menjadi modal utama masa depan mereka. Pada dasarnya kata elite konotasinya lebih kepada faktor ekonomi. Misalnya di setiap tongkrongan anak muda, mereka akan menggunakan pakaian serba branded, dengan handphone yang berkamera “bobanya”. Banyak pertanyaan yang timbul dan didampingi dengan penjelasan terkait harga “outfit” mereka, jelas sangat bangga dan angkuh pertanyaan itu akan dijawab. Apakah anak muda saat ini hanya mementingkan dirinya untuk gaya saja? sungguh disayangkan jika memang benar-benar terjadi. Harta bapak menjadi modal utama untuk menganggap dirinya sebagai orang yang elite. 

Serba-serbi menjadi elite pada kalangan anak muda sangat menjamur saat ini. Aliran pernafasan akan terasa segar jika mempunyai pakaian yang branded dan menjadi perhatian banyak orang. Sederhananya seperti kualitas barang yang dipakai tidak harus dilihat layak atau tidaknya, yang lebih penting menarik rasa minat orang banyak, dan menganggap bahwa dirinya terlihat keren. sangat wajar jika memang mengikuti trend disetiap zamannya. 

Digempuran era informasi pada saat ini, jika menurut Aldous Huxley yakni mengimajinasikan sebuah pemerintahan di masa depan yang mengontrol masyarakatnya dengan membanjiri informasi. Malalui tumpahan informasi yang didapatkan dari media social akan mempengaruhi pergerakan anak muda pada saat ini dan masa depan mereka. Selayaknya anak muda yang bisa berfikir ketika mendapatkan informasi dengan baik untuk mempengaruhi dirinya.  

Peran anak muda menjadi elite adalah ajang mempertaruhkan eksistensi yang akan ia dapatkan. Jika kita rekonstruksi peran pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan,  fungsi anak muda menurut sosiolog Robert Van Niel dilihat dari perbedaan peran antara kaum tua dan muda pada saat itu. Kaum tua bisa dikatakan berjuang untuk mencari posisi sebagai kaum elite, dan kaum muda untuk pergerakan dan pemberontakan kepada kolonial. Artinya perjuangan kaum tua dalam memerdekakan republik indonesia dengan embel-embel mendapatkan jabatan di pemerintahan, segkaligus memikirkan masa depan untuk bangsa ini dengan memikirkan sistem negara yang cocok untuk mengelola wilayah atau negara ini. 

Peran anak muda pada saat itu selalu gencar dan memikirkan pembebasan dari belenggu penjajah agar mereka bisa bebas dari eksploitasi kolonial dan menyelesaikannya selalu dengan jalur peperangan. Bisa saja kita analogikan peran anak muda untuk menjadi elite dengan memperjuangkan gaya yang harus dia dapatkan dari hasil give away dan sebagainya. 

Berbicara soal elite, Anies Baswedan juga pernah menyampaikan Ruling elite Indonesia dibagi menjadi empat hal. Pertama, pada masa pra kemerdekaan, yang berkesempatan menjadi ruling pada saat itu adalah kaum intelektual dalam memperjuangkan kemerdekaan. Kedua, yaitu elite militer, jika kita memahami pada kondisi saat itu adalah era pasca orde lama dan transisi ke orde baru. 

Ketiga, yaitu elite aktivis, mahasiswa yang mempunyai peran khusus untuk menahkodai didalam iklim pemerintahan, pasca orde baru itu lah era mereka. Keempat, elite untuk saat ini adalah elite pengusaha, para pengusaha yang mempunyai peran untuk menstimuluskan sistem pemerintahan dengan harta dan kekayaan yang mereka punya. Menjadi sebuah pertanyaan, apakah untuk elite selanjutnya adalah, elite intrepreneur, yang mempunyai jiwa eksis di sosial media dan pengaruh yang besar dari konten yang mereka buat, serta dari gaya mereka yang terlihat sangat menarik?

Masyarakat elite pada menurut Akbar Tanjung pada dasarnya terbagi menjadi menurut dua kelompok. Pertama, elite fungsional (elite yang berfungsi untuk perubahan sosial masyarakat dan membawa pengaruh yang baik untuk masa depan bangsa ini). Kedua, Elite politik (elite yang berfungsi dan berkerja hanya pada moment politik dan menguntungkan untuk dirinya) sangat pragmatis sekali. 

Memang sangat banyak orang elite saat ini, agar terkesan mereka yang membawa alur media dengan gayanya. Hegemoni elite karena gaya yang melejit akan berfungsi memberikan pengaruh untuk mendapatkan followers di media sosial mereka. Penyakit ini yang bisa saja dihilangkan dengan, apa yang dikatakan oleh Aristoteles bahwa, konsep sadar diri, dasar moral, pengendalian diri, dan sadar posisi yang termasuk dengan pendefinisian moral tidak berlebihan. Agar tidak susah payah menjadi elite, sepertinya sadar diri lebih baik untuk kita semua. 

Cukup dini memikirkan diri menjadi elite, pengaruh gaya dan era digital selalu menjadi lintasan balap untuk memamerkan ke posisi sosial seseorang. Kata elite bisa disandingkan ke mana dan siapa saja, serta menjadi artikulasi yang sangat bervariasi. Setiap masyarakat mempunyai sifat elitenya masing-masing. Elitenya mereka hanya bentuk pengekspresian, bukan saja menjadi legasi untuk setiap mata yang melihatnya. Bentuk plagiat kehidupan seseorang sepertinya menjadi hal yang menarik untuk saat ini, dengan semboyan mengikuti trend adalah jalan ninjaku. Semoga lekas pulih dunia per eliten-an, semoga vaksinnya cepat ditemukan, sebagai obat untuk kita semua.


Penulis :
Ajar Enggar Waskito Pandan Alas
(Pegiat Kajian Sejarah LKISSAH UIN Jakarta)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Balada Elitisme Kaum Ekonomi Sulit

Trending Now

Iklan

iklan