(Foto:Istimewa) |
Dalam acara bedah buku perdana hasil riset berjudul “Membumikan Solawat Nariyah” kerja sama PRC dan BEM Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jakarta, Jumat, (16/12). Beberapa pemateri ikut membedah dari berbagai perpsektif. Di antaranya, Rio Prayogo (Direktur Eksekutif PRC), Akik Zaman (Anggota DPRD Jawa Timur), serta Tantan Hermansyah (Ketua Progam Magister KPI UIN Jakarta).
Akik Zaman melihat penerapan Sholawat Nariyah di Situn buku ini seperti mempertemukan wilayah pikir dan dzikir yang sering bersebrangan. Serta menjelaskan secara teroperinci afek dari praktek keagamaan yang luhur dan spiritual pada aspek kehidupan nyata masyarakat situbondo.
“Kenapa mesti sholawat dan bukan sholat saja? Ternyata justru penerapan Sholawat Nariyah ini memicu orang lebih semangat untuk menjalankan sholat, jadi tumbuh menjadi pribadi lebih religius,” ungkap pria Asli Situbondo itu.
Sebelumnyam, sejak kepemimpinan Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto-Rahmat pada periode pertama tahun 2010-2015, masuknya tradisi relegius pembacaan Shalawat Nariyah 4444 di setiap event pemerintahan adalah hal baru dan asing, sempat banyak penilaian pro dan kontra. Tidak sedikit yang mengkritik, meski yang menerima lebih banyak.
Terkait buku, menurut Rio buku riset ilmiah mengenai survei terkait kebijakan dari penerapan Sholawat Nariyah pada pembentukan sosio politik di Situbonbdo yang terbilang menarik. Dalam temuan riset di dalamnya, seolah menolak asumsi bahwa tidak semua politik adalah hasil transaksional materi semata.
Rio menyebutkan bahwa mengenai transaksi politik yang mempengaruhi pemerintahan di Situbondo umumnya hanya dua yakni pelaksanaan Sholawat Nariyah dan Khotmil Quran. Sangat jauh berbeda dengan praktik transaksi politik yang umumnya melibatkan modal bersar. Sholawat Nariyah tidak saja memberikan efek pada masyarakat tetapi kepada para pejabat pemerintah Situbondo untuk menjauhkan diri dari perilaku amoral.
“Mengenai transaksi politik yang mempengaruhi pemerintahan di Situbondo umumnya hanya dua yakni pelaksanaan Sholawat Nariyah danj KhotmillQuran. Sangat jauh berbeda dengan praktik transaksi politik yang umumnya melibatkan modal bersar,” terangnya.
Dua periode kepemimpinan Almarhum Pak Dadang juga menyasar pada kelompok milenial. Beliau menurut Rio punya perhatian besar agar pengaruh Sholawat Nariyah tidak saja dilakukan sebagai rutinitas di kantor dan acara tetapi memiliki radius pengaruh ke usia belia.
“Almarhum pak dadang pada saat itu meminta secara khusus agar kegiatan sholawaytnariyah ini menyasar apada kelompok milenial, luar biasanya dalam tempo empat bulan sudah terkumpul ratusan anak muda dengan berbeda-beda kelompok data menyemarakkan setiap perhelatan Sholawat Nariyah,” terangnya.(Red)