(Sumber: www.suaramerdeka.com) |
Tidak hanya di Kabupaten Pati, beberapa kabupaten lain di Jawa Tengah seperti Demak, Rembang, Semarang, Brebes, dan Wonogiri juga terjadi banjir. Di Jawa Tengah, banjir tahun ini terbilang masif dan terjadi di berbagai daerah.
Khusus untuk banjir di daerah Pati, ditengarai penyebabnya adalah pembabatan Hutan Kendeng. Hutan yang menjadi tangkapan air utama di daerah pati ini sekarang ini terbilang tandus dan gundul. Kerusakan ekosistem yang dikhawatirkan banyak orang, akhirnya terjadi.
Dalam peristiwa banjir di Pati tersebut, dua orang lansia dikabarkan meninggal dunia. Satu orang meninggal karena tenggelam, satunya lagi meninggal karena hipotermia.
Di saat yang sama, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo justru memilih pergi ke Jakarta untuk menjadi narasumber di acara bertajuk Wealth Wisdom-Mindfully Recover yang disponsori Bank Permata. Acara ini digelar di daerah elite Sudirman, Jakarta Selatan.
Dalam acara ini, Ganjar menjelaskan mengenai pencitraan yang dilakukan dirinya saat mencalonkan diri dalam Pilkada Gubernur Jawa Tengah 2013. Menurutnya, pencitraan adalah hal yang penting dalam dunia politik demi meraih simpati publik.
“Dan betul pencitraan sebagainya, wong saya gubernur, kalau saya enggak membangun citra bagaimana? Emang Bank Permata enggak bangun citra? Ya bangun dong. Iklannya mahal ya,” kata Gubernur Ganjar.
Ganjar mengaku memilih menjadikan media sosial sebagai alat untuk membangun pencitraan. Dia mengaku medsos efektif mendongkrak citra dan popularitas. Ganjar memang terkenal rutin membuat konten media sosial. Aktivitasnya tersebut, bahkan sempat mendapat sindiran dari elit PDIP, termasuk Ibu Megawati. Ganjar dinilai terlau sibuk dengan pencitraan di medsos.
Sebenarnya wajar bila Ganjar terus menggenjot citra diri di medsos. Bila tidak dilakukan, citra negatifnya akan terus menonjol. Dalam kasus Bukit Kendeng di Pati misalnya, Ganjar adalah orang yang getol mendorong berdirinya pabrik PT Semen Indonesia.
Pada tahun 2016, Mahkamah Agung memanangkan gugatan petani di Pegunungan Kendeng terhadap PT Semen Indonesia. Keputusan bertanggal 5 Oktober 2016 menegaskan izin lingkungan yang diterbitkan Gubernur Jawa Tengah untuk PT Semen Indonesia harus dibatalkan.
Keputusan tersebut sebenarnya sudah final. Tapi entah mengapa, penggundulan dan pembabatan hutan di perbukitan Kendeng masih terjadi. Saat ditanyakan ke Ganjar, dia menjawab tidak tahu bila masih terjadi kegiatan penambangan. Terasa ganjil, seorang kepala daerah tidak tahu apa yang terjadi di daerahnya.
Sekarang, nasi sudah menjadi bubur. Berbagai kerusakan lingkungan sudah terjadi di Jawa Tengah dan rakyat yang jadi korbannya. Belum selesai masalah Kendeng, kita tahu rakyat Wadas juga terancam dengan tambang andesit.
Bila perusakan alam terus terjadi di Jawa Tengah dengan dalih investasi, kita tinggal menunggu dampak buruknya yang akan merugikan rakyat. Hal itu sudah terjadi di Pati dan beberapa daerah lainnya di Jawa Tengah.
Penulis:
Suluh Jagat
(Pemerhati Sosial Politik)