Iklan

Sayup Liberalisme Dalam Piala Dunia Qatar

narran
Kamis, 01 Desember 2022 | Desember 01, 2022 WIB Last Updated 2022-12-01T07:18:30Z
Liberalisme, Qatar, Piala Dunia, LGBT
(Sumber: www.vox.com)
NARRAN.ID, ANALISIS - Pada pertandingan Uruguay vs Portugas, seorang penonton berlari ke lapangan membentangkan bendera LBGT+. Sejak aturan simbol itu dilonggarkan akibat desakan negara barat, agenda kampanye kelompok LGBT+ justru kian berani. Salah satunya Israel yang juga merongrong Qatar untuk tidak mengintimidasi cara berpikir seseorang. Namun, Tindakan itu juga mendapat jawaban dari penonton sepakbola dari jazirah Arab. Suporter Tunisia membernanikan diri melompati pagar dari ikut membetangkan bendera Palestina saat Timnas Tunisia melawan Perancis pada penyisihan grup. 

Sebelumnya banyak fans dari tumur tengah memakai ban yang bermotif syal Palestina di lengan mereka sebagai respon atas banyaknya negara memaksa memakan ban kapten Pelangi saat berlaga. Pasca timnas Jerman berpose menutup wajah sebagai respon Qatar yang melarang mereka menggukan atribut yang behubungan dengan LGBT yang menyebutnya membatasi hak bersuara. Fans dari negara muslim menyindir dengan membawa poster mantan pemain timnas Jerman, Mezut Ozil, yang sebelumnya mendapatkan perlakuan yang sama oleh negara Jerman atas sikap Ozil yang menyerukan penghentian diskriminasi masyarakat muslim di berbagai dunia.

Patokannya, ide Liberalisme dianggap sebagai ideologi yang menyelimuti dari gerakan massif kampanye anti hijab dan LGBT di tengah perhelatan piala dunia Qatar saat ini. Alibi tentang politik liberalisme ini sudah lama diperbincangkan oleh pakar Hubungan Internasional kenamaan Amerika, Prof Mearsheimer, yang secara terang terangan mengatakan bahwa kampanye itu merupakan ilusi liberalisme telah menjadi agenda utama dari pendekatan politik barat atas dunia timur.

Mearsheimer dalam bukunya "Great Delusion: Liberal Dreams and International Realities” itu mengkritik pandangan cita-cita AS memaksakan liberalisme barat dengan berusaha mengeliminir ide kultural negara-negara lain. Resistensi timur tengah bisa jadi adalah jawaban kenapa negara-negara semenanjung arab akan terus merespon dengan cukup serius Tindakan itu.

Barat dalam hal ini diwakili oleh kekuatan AS dari awal berusaha membumikan demokrasi di tengah jazirah arab. Siapapun pemimpin negara itu yang tidak demokratis kemungkinan akan disasar, walaupun setelah perang Irak nampaknya Amerika tidak melakukan pendekatan keras. Kegagalan besar pada Afganistan menyebabkan keraguan AS dan mengukur kembali dapur kekuatan mereka.

Cara pandang AS memang seringkali tidak adil, menempatkan golongan politik yang tidak sepaham sebagai lawan politik. Pembelaan AS pada Ukraina atas pilihannya sendiri (liberalisme) justru mengantarkannya pada undangan konflik terbuka dengan Putin dan negaranya Rusia.

Coba tebak bagaimana respon barat saar Rusia mengesahkan RUU anti LBGT, riuh dan demonstrasi di negara-negara eropa mengecam pandangan Rusia itu. Tetapi, jika didudukkan berdasarkan aspek kedaulatan hukum mereka maka sah-sah saja mereka memutuskan pilihan itu. 

Iran hampir sama nasibnya, keberanian Iran dalam melakukan kritik kawasan dengan negara arab mitra AS dan Israel lebih khusus, menyebabkan Iran seolah duduk sendirian dan berhak dihardik atas pilihan nilai Islam konservatif mereka. Diskusi ketidakadilan adalah perangkat yang tidak mudah diperbaharui, mengingat Iran sendiri tidak mau didikte kepentingan manapun. Hubunganya dengan Rusia belakangan ini, membuat negeri Mullah itu lebih memilki sokongan moral politik yang kian memanaskan situasi timur tengah terutama Arab Saudi dan rekan-rekannya.

Dalam piala dunia kali ini, Iran mencoba memberikan keseimbangan di dalam dan din luar lapangan pada AS. Banyak fans Iran bahkan jurnalis Iran menghardik para pemain AS dengan bertanya atas kedudukan nilai-nilai liberalisme yang digemborkan AS, dengan kondisi diri mereka sendiri yang cukup berlumuran darah hak asasi manusia sisa konflik yang mereka ikuti di dalamnya seperti Irak, Libya, maupun Suriah (Red/M21).

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Sayup Liberalisme Dalam Piala Dunia Qatar

Trending Now

Iklan

iklan