Iklan

Meramu Kehidupan Sosial Masyarakat

narran
Rabu, 18 Januari 2023 | Januari 18, 2023 WIB Last Updated 2023-01-18T04:46:27Z

Sosiologi, Masyarakat
NARRAN.ID, OPINI - Manusia membawa sifat sosialnya melalui garis genealogi. Karena pada dasarnya sifat sosial adalah bagian paling dasar dari aspek kemanusiaan. Menjadi mahluk sosial terlihat jelas pada bentuk perjalanan hidupnya dari aspek keluarga. Jika berangkat bagian paling dasar yakni keluarga, maka tendensinya adalah pengelolaan bentuk kemanusian. Walaupun hakikatnya bentuk manusia itu sama dan tidak ada perbedaan, hanya saja formulasi untuk menjadi manusia yang kita miliki menjadi bahan yang berbeda dari manusia lainnya.

Indikasi itu adalah menyadarkan bahwa sebenarnya setiap manusia dalam hidupnya selalu didampingi oleh etika. Penghargaan terbesar menjadi manusia yaitu dengan mengetahui dan sadar bahwa dirinya dianugrahkan etika. 

Pengertian dasar sebuah etika adalah sopan santun, lebih jelasnya mengetahui baik dan buruk ketika menjalani kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Etika selalu diamsusikan dalam konteks hubungan atau relasi dengan yang lain, karena etika akan berlaku antara pihak satu dan yang lainnya berinteraksi.

Melihat dalam bagian terkecil dari etika dalam ruang lingkup kemanusiaan akan berangkat dari keluarga (menghargai dan menyayangi orang yang lebih tua dan muda dari kita), kedua akan masuk kedalam tahapan etika komunal atau masyarakat terkecil ( menjalani syariat agama), ketiga etika publik (memahami etnik, ras, agama dan budaya), keempat menjadi bagian terbaru dalam etika terbaru pada saat ini adalah media sosial (menegtahui sebab dan akibat ketika menggukanan). Empat bagian tersebut adalah hal mendasar jika berbicara sifat sosialis manusia.

Setiap kita mempunyai cermin untuk melihat dari berbagai macam arah dan bentuk, sama dengan etika yang akan terlihat didalam tubuh di rupa siapa pun. Tatanan sosial dalam masyarakat akan terbentuk dan terkemas dalam etika yang dibangun. Percikan sosial harus tertanam dalam ruang likup masyarakat untuk menjadi sumber primer dalam menyokong tatanan sosial yang ada. 

Berbicara soal masyarakat, menurut Francis Fukuyama, kita akan merujuk kepada nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat sebagai social capital (modal Sosial), seperti physical capital (tanah, bangungna, dan mesin), dan human capital (keterampilan dan pengetahuan yang kita simpan dalam kepala kita). Social capital sebagai rangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerja sama di antara mereka.

Ruang lingkup masayarakat termasuk bagian terbesar untuk menjalani roda tatnan sosial yang ada. Masyarakat adalah artefak budaya jenis khusus, dalam artian bahwa kita sebagai masnusia termasuk ke dalam peninggalan manusia sebelumnya, mempunyai keragaman dan berfikir untuk masa kini dan yang akan datang pada ruang lingkupnya.

Melihat personal setiap orang akan menjadi enigma untuk kita semua dalam menilainya, karena secara umum menilai seseorang baik dan buruknya adalah hal yang mudah, sangat sulit jika menilai baik dan buruknya untuk pribadi kita. Berfikir secara pragmatis untuk menilai sesuatu memang sangat mudah dilakukan, bagian pragmatis tersebut bisa menjadi kan kita terjerumus pada pola fikir yang tidak baik. 

Penilaian secara langsung atau tidak dalam ruang lingkup masyarakat sebagai stimulus untuk kita semua agar mempunyai hasrat dalam tatanan sosial yang lebih baik. Seperti apa yang disampaikan oleh Benedict Anderson, masyarakat adalah entitas sosiologis yang teguh dan stabil. Maksudnya wujud sosial dalam tatanan dan ruang lingkupnya, bila teguh dan stabil itu hilang maka sikap menjadi masyarakata yang bersosial pun akan terjerumus. 

Pada dasarnya social capital atau modal sosial untuk menjadi masyarakat harus dibentuk dengan teguh dalam membangun aspek yang stabil di dalam tatanan sosial masyarakat. Modal sosial yang telah ditanamkan pada masyarakat sepertinya akan membangun kelompok-kelompok di setiap ruang lingkupnya yang berbeda dalam sebuah masyarakat yang kompleks untuk mengikat dan memperkokoh tembok sosial yang telah disusun.

Jejak dan langkah yang akan menyusun kita dalam sosial masyarakat akan memalui aspek empiris sebahgai bekal kita. Menurut Emile Durkheim, terdapat dua macam yang saling berkaitan pada sosial masyarakat. Fakta-fakta sosial merupakan hal yang eksternal bagi individu. Pertama menurutnya, setiap orang dilahirkan dalam masyarakat yang terus berkembang dan telah mempunyai sesuatu organisasi atau struktur yang pasti akan mempengaruhi kepribadiannya. Kedua fakta-fakta sosial merupakan hal yang berada diluar bagi pribadi seseorang, dalam arti bahwa setiap individu mana pun, hanyalah suatu unsur tunggal dari totalitas pola hubungan yang membentuk suatu masyarakat. Sistem pola dan hubungan antar masyarakat terbangun dengan sendirinya. 

Keingintahuan seseorang akan kepribadian orang lain speertinya menjadi pelumas untuk membangun tatanan sosial yang diinginkan. Durkheim menjelaskan bahwa fakta sosial yang mudah dikenal kembali dan dibedakan dari fakta-fakta psikologis individual, maka orang akan mengasumsikan bahwa menurut pendapatnya, paksaan fisik merupakan hal yang esensial bagi kehidupan sosial. Pandangan fisik sebenarnya bukan menjadi dasar untuk saling mengenal, sepertinya kekuatan moral yang harus dibangunkan untuk memenuhi kebutuhan dalam bermasyarakat.

Paradigma kolektif yang sudah terbangun akan menjadi modal utama dalam menjalankan program sebagai masyarakat. Sifat ketergantungan satu dengan yang lainnya akan terbangun pada tatanan sosial yang ada. Menurut Max Weber bercakap soal sosial tidak akan jauh dari pendapat mengenai masyarakat sebagai suatu sistem unsur-unsur yang saling tergantung yang satu dengan yang lain (sosiologi organisme). 

Tegasnya Anthony Giddens pun menyampaikan dengan demikian masyarakat yang tidak pernah merupakan sesuatu yang lebih daripada interaksi setiap personal orang yang sangat banyak didalam lingkungan-lingkungan khusus, mengenakan identitas sendiri, yang telah dikonversi materil, seolah-olah masyarakat itu adalah suatu unit yang bertindak, dan yang mempunyai kesadaran sendiri yang khusus.

Untuk saat ini hal yang sesungguhnya menjadi kewajaran ialah kebebasan dalam membentuk golongan sosial. Kelompok atau golongan yag sudah terbentuk akan menjadi diskursus lanjutan sebagai batu loncatan dari social capital yang telah dibangun oleh setiap personal masyarakat. 

Sikap sosial dalam masyarakat akan terpenuhi jika ada pendukungnya, kita sangat mengetahui bahwa sosial masyarakat akan dibangun melalui peran dari setiap personal atau golongan. Citra sebagai masyarakat akan bergelimang ketika menghidupkan peran dari hegemoni yang dimiliki. Menurut Raph Linton secara sosiologis peranan merupakan aspek dinamis seperti tindakan atau perilaku dilakukan oleh seseorang yang mempunyai suatu posisi kemudian mengharuskan seseorang tersebut menjalan kan hak dan kewajibannya dengan semestinya. 

Keberlangsungan proses pada iklim masyarakat sosial akan menjadi jawaban setelah sadar dan menjalankannya. Pada dasarnya kita mempunyai sikap sosial masing-masing, berkorban menjadi makhluk sosial memang rumit. Maka dari itu kita sebagai manusia akan berusaha menjadi sosok yang baik, dan kebaikannya pun bersandar pada kebebasan sebagai aspek epistimologis kemanusiaan.

 

Penulis:
Ajar Enggar Pandan Alas
(Pegiat Kajian Sejarah ELKISSAH)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Meramu Kehidupan Sosial Masyarakat

Trending Now

Iklan

iklan