Iklan

Pernikahan Untuk Perempuan

narran
Kamis, 02 Februari 2023 | Februari 02, 2023 WIB Last Updated 2023-02-02T03:46:57Z

kisah, perempuan, feminisme,
NARRRAN.ID, INTERMEZO - Pernikahan acap kali menjadi perbincangan untuk kaum laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa. Obrolan yang akan membuat sebuah senyuman mekar seperti kembang di pagi hari, teramat menggairahkan. Bagaimana tidak? Ruang kelas saat perkuliahan sampai saat nongkrong sembari ngopi bersama akan menjadi tempat untuk sekadar bercerita tentang pasangan masing-masing meski kaum jomblo hanya bisa menikmatinya tanpa bisa saling bertukar kisahnya menikah adalah obat untuk manusia yang saling jatuh cinta. Berusaha merekatkan saling agar tidak berpaling. Saling menjaga, melengkapi, sampai saling berbenah memperbaiki diri. Sebelum menuju ke dalam ruangan bernama rumah tangga, pernahkah ada rasa takut dan cemas untukmu wahai kaum hawa? Setiap perempuan mempunyai karakter yang berbeda dan bagaimana cara merespon apa yang terjadi di depannya pun tidak akan sama.

Beberapa bulan lalu, saat aku kembali untuk sekadar mengobati rasa rindu bertemu dengan emak dan bapak di kampung. Saat senja datang, aku termenung sejenak di kursi bus yang bernomorkan angka 23. Ternyata, hari demi hari adalah menuju bertambahnya usia. Bukankah menikah juga akan menjadi harapan bagi manusia yang semakin mendewasa? Namun, negosiasi jiwa dan logika terasa begitu semu.

Seolah diantara keduanya ada jarak yang membuat sembilu. Siapa yang tidak ingin menikah setelah usia dewasa? Sebagian besar perempuan di dunia ini pasti ingin menikah. Selain ingin menyempurnakan setengah agamanya agar menjadi utuh, pasti juga ingin dicintai dan dikasihi. Bukankah itu sebuah fitrah seorang perempuan? Namun, tidak semudah itu, berbagai banyak renungan menjadikan niatnya dikesampingkan. Rupa-rupanya, ada banyak hal yang memenuhi pikiran.

Apakah setelah menikah, impian masih bisa terbang bebas dan menjauh lebih tinggi? Apakah cinta kepada emak dan bapak tidak akan pernah mati? Apakah setelah menikah akan tetap menjadi perempuan yang merdeka? Jika pun ada yang demikian, apakah aku akan menjadi salah satu perempuan yang seberuntung itu? Bukan berarti tidak ingin mengabdi kelak kepada pasangannya. Tetapi, hal ini bukankah sebuah hal yang wajar yang diharapkan oleh semua perempuan?

Perempuan hanya ingin menjadi sosok yang merdeka, dapat bertumbuh, berkarya, dan berdaya walaupun sudah membangun rumah kecil bersama pasangannya. Menikah memang salah satu tujuan hidup. Selebihnya, menjadi merdeka adalah cita-cita dan harapan seorang perempuan termasuk aku, begitu dengan kamu dan para perempuan di seluruh dunia.

Anak perempuan yang senantiasa mengukir senyuman untuk ayah ibunya. Saudara perempuan yang selalu menjadi sahabat untuk saudaranya. Saling menjaga dan menguatkan satu sama lain. Sahabat untuk sesama perempuan, mengajak dan merangkul untuk selalu bertumbuh.

Perempuan tidak hanya mengharapkan laki-laki yang mencintainya, satu frekuensi dengannya. Tetapi, menginginkan pasangan yang mampu menjadi partner in life untuk kehidupan di masa yang akan datang. Dia yang mau memberikan kesempatan untuk memantaskan diri menjadi manusia yang lebih baik, dia yang mau menunjukkan arah menuju mimpi-mimpinya, seperti sebuah kompas untuk berjalan terus menerus tanpa takut tersesat.

Meski tidak sesempurna itu dalam menjalin hubungan dua manusia dengan pemikiran yang berbeda. Tetapi, tidak ada salahnya kan? Sekadar mengajukan persyaratan sebelum pondasinya terbangun. Aku hanya ingin menjadi perempuan yang bisa terbang seperti elang. Tanpa penjara yang membuatku merasa tidak nyaman. Aku hanya ingin pernikahan yang akan kita bangun nantinya tidak saling memberikan luka, walaupun semua suasana rasa akan kita nikmati. 

Kita bisa merasakannya bersama tanpa saling merasa paling. Merajut kain yang akan menjadi busana yang sangat indah, meski seberapa banyak tusukan di dalamnya. Tidak akan menjadi masalah, meski kain dan benangnya tidak akan pernah putus hanya karena jarum yang tidak akan berhenti sebelum semuanya menjadi pakaian yang utuh.

Kutulis segalanya di dalam buku kecil yang selalu kubawa dalam setiap pijak langkah. Sesekali, aku memejamkan mataku, kuhirup embusan udara yang mengalir tanpa henti. Sebuah pesan yang kutulis dalam nota perjalananku semoga tidak hanya menjadi aminku tetapi menjadi aminmu, para perempuan yang dilahirkan oleh Tuhan untuk mengabdi dan berdedikasi dengan penuh rasa welas asih, nyaman, dan aman.


Penulis:
Ratna
(Mahasiswa)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pernikahan Untuk Perempuan

Trending Now

Iklan

iklan