(Sumber: Springboard) |
Chat-GPT sendiri merupakan sebuah chatbot berbasis AI (artificial intelligent) di dunia pendidikan tinggi, mengerjakan tugas kuliah bukan hal yang sulit lagi untuk mahasiswa. Hal itu disebabkan Chat-GPT dapat melakukan komunikasi tertulis yang interaktif dengan manusia dan menghasilkan respons jawaban yang sangat human karena mudah dipahami.
Chat-GPT ialah sebuah model bahasa besar yang dikembangkan dan dilatih Open-AI. Chat-GPT dapat membantu manusia untuk mengerjakan berbagai tugas, seperti menjawab pertanyaan dan menulis teks. Hal itu dapat terjadi karena Chat-GPT mampu mengolah informasi dari input teks yang dituliskan seseorang kemudian informasi tersebut diolah sehingga menghasilkan jawaban terbaik yang berasal dari model Chat-GPT
Oleh karena itu, kehadiran Chat-GPT dapat dianggap sebagai revolusi dalam sistem pendidikan di perguruan tinggi; atau justru perlu dipertanyakan perannya sebagai musuh atau kawan bagi sivitas akademika perguruan tinggi, termasuk mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan.
ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI boleh dibilang sebagai pembuka cakrawala baru pengembangan kecerdasan buatan (AI). AI sudah lama dikenal tetapi begitu ChatGPT keluar, orang seperti disadarkan bahwa AI dekat dan bisa digunakan untuk keseharian mereka. Perusahaan lain, termasuk Google, seperti dibangunkan dari tidur.
Perusahaan teknologi yang pernah dianggap sebagai pemimpin dalam kecerdasan buatan pada hari Senin lalu meluncurkan Bard, sebuah platform percakapan berbasis AI. Google mengatakan sedang membuka Bard untuk penguji tepercaya sebelum membuatnya tersedia lebih luas untuk umum dalam beberapa minggu mendatang.
Persaingan teknologi dnegan model bot semakin tinggi tensinya. Microsoft dan Google bahkan sudah mulai merespon OpenAI dengan platform tandingan model Bard. Perang sejenis sudah banyak terjadi di dalam dunia perusahaan teknologi. Dulu semisal antara Google dan Yahoo, antara Google Chrome dan Internet Explorer, Gmail versus Hotmail, Netflix versus Disney+, dan lain-lain. Apakah si pemula selalu menang? Tidak juga. Dalam kasus Yahoo, ia yang jadi pemula sekarang malah tertinggal jauh dengan Google. Akan tetapi banyak juga yang memperlihatkan pemula berjaya sangat kuat.
Mudah-Mudahan Kemudahan
Berbekal akun, siswa bisa dengan mudah bertanya jawaban soal sesulit apapun yang diberikan gurunya, kecuali pertanyaan malaikat munkar dan nakir (ajaran Islam). Banyak hal yang belum bisa dibayangkan, seseorang bisa membangun mimpinya sebagai penulis yang malas ke perpustakaan bisa dengan mudah mendapatkan referensi yang lebih lengkap.
Bagi fans sepakbola, rangkuman sejarah dan hasil pertandingan dapat menjadi pengetahuan guna membuat meme satire dapat tersedia. Alahkah mudahnya jika kita dapat membangun narasi yang kompleks dengan bermodal robot sistem yang kita tidak kenal. Jangan tarik persoalan ini kepada wilayah yang seakan-akan destruktif seperti upaya malas-malasan. Anggap saja bahwa sudah saatnya sistem elektornik robotik sebagai pelayan. Ancamannya memang selalu ada, sebab kita akan bersaing dengan privasi yang semakin terbuka, dan keamanan ilmu pengetahuan tanpa pakar.
Dalam ranah sosial, peran tokoh agamawan juga dapat disasar, bisa jadi Jemaah akan lebih banyak bertanya pada ChatGPT untuk menyelesaikan soal-soal agama yang mereka tidak mengerti. Kemudahan ini juga akan menyeleksi peran tokoh agama yang hanya tampil di depan publik dengan modal pengetahuan seadanya. Jauh dari pada itu semua, orang Iseng dapat merangkum semua pertanyaan dan jawaban menjadi kompliasi dengan gubahan penamaannya sebut saja “Kitab Suci”. (Mlq/Red)