Iklan

Generasi Z Segera Menua, Kini Bagian Alfa

narran
Kamis, 27 Juli 2023 | Juli 27, 2023 WIB Last Updated 2023-07-27T07:28:00Z
generasi, anak muda, milenial
Sumber: Hoffmann Martaugh
NARRAN.ID, ANALISIS - Teknologi mendasari perubahan yang menakjubkan dengan mengiris generasi bukan sebatas usia melainkan model pencarian ekonomi dan penghidupan. Generasi emas, manusia unggul, bonus demografi, dan kecerdasan buatan (AI), menjadi frasa yang berkelindan di liputan utama Kompas, 28 Juni 2023.

Bertepatan dengan ulang tahun yang ke-58, harian Kompas menyoroti berbagai sisi sumber daya manusia (SDM) Indonesia menyongsong 100 tahun republik. Upaya menyiapkan SDM unggul di masa depan tentunya tidak lepas dari proses pendidikan saat ini. Para guru hari ini menghadapi tantangan yang berlipat seiring pesatnya perkembangan teknologi digital, termasuk hadirnya AI.

Di samping itu, secara alami, terjadi kesenjangan generasi antara guru dan siswa. Guru yang mengajar saat ini pasti semakin berjarak secara usia dengan para siswanya. Belum sepenuhnya khatam menghadapi murid pada lapisan generasi Z, guru sudah dituntut beradaptasi menghadapi murid pada lapisan generasi Alfa.

Generasi Alfa yang dipopulerkan Mark McCrindle adalah mereka yang lahir pada 2010- 2024. Mereka adalah anak dari generasi X dan Y dan generasi yang paling melek teknologi, jauh melebihi generasi sebelumnya. Mereka akrab dengan peranti dan platform multimedia, seperti IPad, Instagram, dan Tiktok, serta aneka aplikasi.

Jari mereka begitu akrab dengan gawai. Youtuber memengaruhi gaya hidupnya. Mainan serta aktivitas yang dapat dimainkan di ponsel cerdas jauh lebih menarik bagi mereka ketimbang mainan konvensional.

Bahkan ada yang asyik bermain Miko 3, robot cerdas yang mampu mengenal emosi anak dan menawarkan lebih dari 50.000 pembelajaran yang tersebar di ribuan gim, video pendidikan, coding, STEAM (science, technology, engineering, art, and mathematic), musik, kebugaran, dan lainnya.

Lahir pula mainan TeddyGPT, produk Toymint yang diluncurkan April lalu. TeddyGPT adalah teman main yang memiliki AI yang lebih revolusioner. Perangkat ini mampu mendampingi anak-anak generasi Alfa dengan pembelajaran interaktif yang tak tertandingi dalam mendorong komunikasi, persahabatan, keingintahuan, imajinasi, dan kreativitas.

Tahun 2030, generasi Alfa akan berusia 20 tahun. Sebagai angkatan kerja (usia produktif), mereka menjadi generasi paling lama berkarya pada akhir abad ke-21. Hasil penelitian menunjukkan, siswa generasi Alfa memiliki ciri keinginan kuat untuk belajar, keterbukaan terhadap inquiry, penalaran logis, bahkan keinginan untuk belajar melebihi bahan yang diajarkan guru.

Mereka mumpuni dalam pemikiran strategis, mencakup pemilihan, penjabaran, dan pengorganisasian informasi dengan tepat (Yurtseven dan Karadeniz, 2020). Mereka juga mampu merencanakan, mengambil keputusan, berjiwa kreatif, orisinal.

Data BPS (2022) menunjukkan 29,50 persen atau 79,71 juta penduduk Indonesia anak-anak usia 0-17 tahun. Sebagian besar mereka generasi Alfa yang tersebar pada jenjang pendidikan PAUD/TK, SD, SMP, dan SMA.

Agar tak kehilangan momentum dalam memetik bonus demografi ini, para guru perlu mempersiapkan diri untuk mengajar mereka dengan sebaik-baiknya. Sebab, pada jenjang itulah potensi kecerdasan anak- anak dibentuk dan diasah hingga kemudian menjadi bekal pengembangan potensi diri pada jenjang perguruan tinggi kelak.

Tantangan mengajar generasi Alfa

Setiap generasi memiliki karakteristik masing-masing. Baby boomers duduk tenang dalam pembelajaran formal dan terstruktur. Generasi X belajar dalam kelompok interaktif dan luwes. Generasi Y atau milenial belajar dengan multisensori melibatkan visual, kinestetik, taktil, dan auditori dan nyaman dengan belajar daring, partisipatif, kolaboratif, dan mampu mengambil risiko.

Generasi Z beralih ke gaya belajar yang lebih mandiri, visual dan kinestetik dalam ruang yang interaktif; menginginkan kenyamanan dan keterbukaan untuk umpan balik yang jujur.

Bagaimana dengan generasi Alfa? Generasi ini memiliki kebutuhan yang sangat spesifik dan berbeda. Ada beberapa tantangan bagi guru untuk mendampingi peserta didik yang akrab dengan koneksi virtual, terbiasa main gim, ingin menciptakan produk bernilai, dan ditemani mainan dengan AI.

Ada beberapa tantangan bagi guru untuk mendampingi peserta didik yang akrab dengan koneksi virtual, terbiasa main gim, ingin menciptakan produk bernilai, dan ditemani mainan dengan AI.

Pertama, fokus pada keterampilan, bukan konten karena konten tersedia di mana saja dalam berbagai perangkat. Keterampilan untuk memahami bagaimana dan mengapa menjadi sangat penting. Siswa perlu belajar bagaimana berpikir, bukan apa yang harus dipikirkan, dan itu termasuk menjadi metakognitif tentang tindakan dan pilihan mereka sendiri.

Kedua, fleksibilitas disertai tujuan yang lebih besar untuk bersama-sama menciptakan produk yang bernilai secara inovatif dan kreatif yang disosialisasikan secara virtual dalam skala lokal dan global.

Ketiga, berikan ruang dan peluang berkolaborasi agar siswa mampu menunjukkan proses untuk membuat karya yang unik dan menemukan solusi otentik secara kreatif, misalnya video, gim pembelajaran, atau mengerjakan tugas sekolah melalui interaksi digital, dan koneksi virtual.

Keempat, sangat penting bagi guru untuk menumbuhkan soft skill karena siswa generasi Alfa perlu berlatih untuk menghadapi perilaku dirinya dan perilaku orang lain serta mengatur dirinya dan orang lain sehingga menguasai cara-cara membangun modal manusia, sosial, pengambilan keputusan, dan kebiasaan berpikir yang memanusiakan manusia.

Kelima, guru berempati terhadap keberbedaan minat siswa, menghargai pentingnya penemuan, menilai masalah dari sudut pandang yang berbeda, dan berinovasi untuk mendorong kreativitas siswa dalam mengembangkan gagasan asli dan bernilai.

Pekerjaan rumah

Tuntutan dari generasi Alfa untuk berinovasi dalam sistem pendidikan tidak dapat ditunda. Saatnya para pemangku kepentingan, termasuk asosiasi profesi guru, menata sistem yang lebih merangkul dan memberdayakan pula guru-guru yang pro-perubahan, berjiwa inovasi, terampil, fleksibel, kolaboratif, dan kreatif. Biasanya guru-guru yang senang perubahan tidak menetapkan persepsi terbatas tentang kecerdasan dan kemampuan sehingga dapat menguatkan potensi dan kreativitas siswa.

Dua-tiga dekade mendatang, generasi Alfa inilah yang dominan memegang peran penting dalam usia produktif. Semoga bonus demografi dapat dioptimalkan, bukan justru menjadi beban di kemudian hari.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Generasi Z Segera Menua, Kini Bagian Alfa

Trending Now

Iklan

iklan