Iklan

Merebut Kecantikan Semu via Media Sosial

narran
Jumat, 14 Juli 2023 | Juli 14, 2023 WIB Last Updated 2023-08-11T14:06:54Z
budaya, kecantikan, anak muda
Sumber: Balairung
NARRAN.ID, INTERMEZO - Kita benar-benar dihadapkan dengan perupaan semu akan fashion dan kecantikan yang digandrungi anak belia masa kini. Akun sosial para beauty blogger saat ini menjadi salah satu referensi wanita muda berpenampilan menarik. Media sosial dikreditkan dengan memengaruhi harga diri anak muda saat ini.

Saya di media sosial, jadi saya ada. Media sosial tidak hanya menjadi alat untuk bersosialisasi di dunia maya tanpa batasan ruang dan waktu, tetapi juga alat untuk eksistensi sebagian orang. Ada berbagai macam konten dan informasi, baik positif maupun negatif. Meski media sosial menawarkan banyak manfaat, banyak orang yang tidak menyadari bahwa media sosial juga bisa merenggut kebahagiaan mereka.

Mulanya, media sosial (medsos) dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, untuk saling berhubungan, menjadi bagian dari kelompok tertentu, untuk mengungkapkan perasaan dan menerima informasi tentang perubahan dunia. Namun, banyak pengguna yang tidak sadar bahwa mereka cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain ketika melihat konten atau informasi di media sosial.

Media sosial sudah menjadi kebutuhan pokok bagi banyak orang. Dari bangun hingga tertidur lagi, banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam untuk tetap terhubung dengan dunia maya. Beberapa orang sering menggunakan media sosial sambil berjalan untuk mencegah orang lain mengikuti mereka, bahkan jika mereka sedang mengendarai sepeda motor atau mobil. Tanggal digital 2023:

We Are Social and Meltwater diterbitkan oleh Indonesia pada 9 Februari 2023 sebagai bagian dari Digital 2023: Menurut Global Overview Report, ada 167 juta pengguna media sosial di Indonesia, yang merupakan 60,4 persen dari 276,4 juta penduduk. Dari jumlah tersebut, 119,9 juta menggunakan Facebook, 139 juta menggunakan YouTube, 89,15 juta menggunakan Instagram, 109,9 juta menggunakan Tiktok, dan 24 juta menggunakan Twitter.

Saat menggunakan jejaring sosial, penting untuk menyadari bahwa apa yang ditampilkan orang lain di jejaring sosial belum tentu benar. Orang cenderung memilih apa yang mereka tampilkan atau katakan di media sosial. Oleh karena itu, tidak tepat menggunakan media sosial sebagai alat perbandingan sosial.

Seperti produk teknologi lainnya, media sosial memiliki dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Menurut Eka Riyanti Purboningsih, peneliti media sosial dan kesejahteraan sekaligus dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, manfaat memiliki media sosial sangat bergantung pada kebutuhan utama dan tahapan masing-masing individu pengguna. Dalam hidupnya.

Bagi remaja yang sedang mencari jati diri, media sosial dapat digunakan untuk memperluas pertemanan atau menjadi bagian dari kelompok tertentu yang lebih besar. Media sosial dapat membantu remaja menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Pada saat yang sama, anak muda dapat mengevaluasi dan mengevaluasi kembali identitas mereka berdasarkan komentar dan suka yang dibuat.

Pencarian jati diri berlanjut ketika mereka mencapai tahap dewasa muda atau dewasa muda. Namun, prosesnya menjadi lebih spesifik dan pencarian mengarah pada masalah yang berkaitan dengan pekerjaan, pendidikan, hubungan atau masa depan. Alhasil, algoritma media sosial mengarahkan mereka untuk memenuhi kebutuhan spesifik tersebut.

Media sosial juga dapat digunakan untuk pengembangan diri, sebagai sarana untuk berteman dengan orang yang berbeda, dan sebagai alat untuk membangun jejaring sosial yang dapat dijadikan sebagai modal sosial. Ragam informasi yang diterima dan paparan pengetahuan dunia terkini dapat menciptakan rasa keterhubungan dengan dunia. 

Seseorang dengan neurotisme tinggi tidak mampu berpikir rasional. Mudah cemas, tegang, sensitif dan impulsif, akan lebih mudah merasakan dampak negatif media sosial. Saat menampilkan diri di jejaring sosial, individu dengan kepribadian ini cenderung menjaga citra atau “jaim” karena sangat takut dihakimi oleh orang lain. Mereka juga lebih sering membuka media sosial sehingga lebih rentan terhadap media sosial.

Bahkan di usia muda, anak-anak berisiko tinggi terlibat dalam media sosial. Semakin dini seorang anak terpapar media sosial, semakin besar risikonya. Ketika anak muda sedang mencari jati dirinya, mereka menggunakan media sosial untuk membandingkan dirinya dengan orang lain.

Namun, sistem pengendalian diri mereka yang tidak sempurna membuat mereka rentan terhadap hal-hal yang berisiko dan membuat ketagihan. Perbandingan kemudian mengarah pada masalah kecemasan, kurang percaya diri, rendah diri, kesepian dan depresi.

Selain itu, saat menggunakan media sosial, penting untuk menyadari bahwa apa yang ditampilkan orang lain di media sosial belum tentu benar. Orang cenderung memilih apa yang mereka tampilkan atau katakan di media sosial. Oleh karena itu, tidak tepat menggunakan media sosial sebagai alat perbandingan sosial. Menggunakan media sosial juga membutuhkan pengendalian diri yang sehat. Anda tidak perlu memutuskan diri dari media sosial, tetapi Anda memerlukan kontrol lebih atas berapa lama Anda ingin melihat atau tidak melihat konten. (Red/KP)


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Merebut Kecantikan Semu via Media Sosial

Trending Now

Iklan

iklan