Boy tidak muluk-muluk bahwa dirinya memberanikan diri mencalonkan tidak lain karena ingin mengabdikan diri pada organisasi kekeluargaan IKAMI SULSEL. Bagi Boy, organisasi itu memiliki ikatan batin tersendiri yang memiliki dampak besar bagi anak muda dan mahasiswa yang berasal dari Sulawesi Selatan yang menyebar di seluruh kota di Indonesia.
“Saya menjawab panggilan dalam membantu mengelola satu wadah besar dan bersejarah ini, tentu kesempatan bisa jadi terulang berkali-kali, tetapi mencoba mengaktulisasikan diri dan berpengalaman mengelola organisasi primordial IKAMI SULSEL adalah tidak akan terjadi dua kali, ini peluang saya mengabdi,” terang alumni UIN Syarif HidayaTullah Jakarta itu, Selasa (15/08).
Boy seringkali mengulang pepatah bernilai tinggi tentang perjuangan “sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai artinya lebih Kupilih tenggelam (di lautan) daripada Harus Kembali Lagi (ke pantai)”. Menurutnya, pandangan semacam ini harus Kembali ditegaskan mengingat #GenerasiSulawesi harus jauh berkembang karena mereka adalah kunci pembangunan pulau Sulawesi secara garis besar.
Peranan yang dimaksud adalah eksistensi pada era transformasi sosial dan digital saat ini. Maka, Keterbukaan menjadi kunci awal bahwa kita harus menyadari kelemahan menggali kekuatan dan mengoptimalkan produktifitas melalui kolaborasi, serta bonus yang diraih adalah eksistensi. Penguatan kajian kebudayaan lokal Indonesia, mengemas hasil kajian menjadi aktivitas semoga menjadi solusi yang mampu mengembalikan kekuatan Indonesia yang kaya akan kekuatan lokal tapi tergerus dengan transformasi digital.
“Modal inilah yang harusnya menjadi landasan untuk bergerak produktif, sisa bagaimana mengemas produktifitas selaras dengan era yang kita hadapi saat ini,” ungkapnya.
Nur Muhaimin memang dikenal aktif di berbagai kegiatan aktivisme dan kepemudaan. Dia pernah menjadi Direktur Insan Cendekiwan Indonesia dan Dema UIN Jakarta. Di wilayah aktvisnya dia curahkan pada organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan menjadi pengurs IKAMI SULSEL Cabang Ciputat.
Untuk IKAMI SULSEL, Boy hanya menyarankan tentang pentingnya mengelola organisasi modern namun peka pada persoalan kearifan lokal. Di mana, mahasiswa atau pelajar dari Sulawesi Selatan berkewajiban menyebarkan asal dan kultur yang positif yang telah menjadi pola pikir kita selama ini.
“Harapannya, IKAMI SULSEL yang tersebar di berbagai daerah dan termasuk dalam organisasi paguyuban terbesar di Indonesia menjadi Wadah Percontohan dalam peningkatan kesadaran anak muda lokal bahwa kekayaan negeri yang tidak dimiliki Negara-Negara lain adalah Kearifan lokalnya, sehingga Ketika lokal kita kuat maka akan menciptakan kemandirian sebuah bangsa,” tegasnya. [Red]