Iklan

2045: Pertarungan Jilid II Si Peduli vs. Si Pebisnis

narran
Jumat, 13 Oktober 2023 | Oktober 13, 2023 WIB Last Updated 2023-10-13T14:59:52Z

Si Peduli vs. Si Pebisnis
Sumber: Unsplash

NARRAN.ID, OPINI - Cuaca labil menjadi momok menakutkan dekade belakangan ini. Udara yang beberapa tahun terakhir tiba-tiba menampakkan kekuatannya, polusi bercampur Covid-19 seolah menjadi tsunami besar yang menghantam hampir seluruh penghuni manusia di bumi. Dua fenomena ini adalah gambaran sederhana sekaligus menjadi tamparan keras kepada beberapa kelompok yang fokus pada persoalan-persoalan keberlansungan hidup umat manusia, dia (Bumi) seolah-olah mengabarkan tentang keadaaan yang tidak baik-baik saja.

Tingginya potensi polusi udara di berberapa negara menjadi salah satu ancaman terbesar bagi keberlansungan hidup dimasa yang akan datang. National Institute of Environmental Health Sciences mengungkap fakta bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian 6,5 juta jiwa setiap tahun dan angka ini dari tahun ke tahun bertambah.

Wisnu Arya Wardana dalam karya tulisannya, Dampak Pencemaran Lingkungan (2004) memaparkan bahwa pencemaran udara adalah campuran dari berbagai macam gas yang tidak tetap sehingga gas-gas tersebut mengganggu kehidupan. Dalam hal ini udara juga adalah atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi mahluk hidup.

Ibarat hantu, udara ada tapi tidak terlihat oleh kasat mata. Polemik tentang polusi udara tidak hanya datang dari buah tangan manusia, polusi udara juga secara natural diproduksi oleh gunung berapi dan kebakaran hutan akibat cuaca panas ekstrem. Kedua faktor ini jika melihat dari kacamata bisnis tidak seimbang antara buah tangan manusia yang cenderung dominan dengan buah dari fenomena alam, ketidak seimbangan ini menjadi tantangan sekaligus peluang bisnis menggiurkan di masa depan.

Jika menelisik fenomena di masa lampau, air minum merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang sangat mudah dijangkau dan dikonsumsi setiap hari melalui alat bantu sederhana. Bermula dari tingginya kasus diare yang bermunculan akibat mengonsumsi minum yang berasal dari air keran, maka timbul ide salah satu produk air kemasan ternama saat ini, ia mengeluarkan produk air kemasan sebagai solusi yang tergolong gila dalam mengurangi tingginya kasus diare yang saat itu banyak dialami kaum-kaum menengah ke atas. Dalam majalah Tempo yang berjudul Menyiasati Rasa Dahaga (1986), mengisahkan tentang pemasaran air kemasan yang terus meningkat, terutama setelah perusahaan juga memproduksi mesin (dispenser) untuk botol ukuran besar (galon). Kala itu perusahaan meminjami dispenser-dispenser itu, di mana penyebarannya terbatas di kantor-kantor.

Maka muncul pertanyaan, mengapa air mineral kemasan bisa menjadi ide bisnis gila yang bertumbuh pesat dan bertahan hingga saat ini meski dibenturkan situasi pandemi? Jika dari paparan diatas menjadi acuan untuk melanjutkan rasa penasaran, jangan-jangan kita sudah berada di fase transisi udara yang gratis tapi tercemar ke udara yang berbayar tapi segar. Pertarungan kedua antara Si Pebisnis vs. Si Peduli dimulai!

Si Pebisnis Vs Si Peduli

Katakan “tidak” pada polusi, udara bersih untuk Indonesia, Clean Air Healthy Future, Clean Air Day. Kira-kira begitulah upaya Si Peduli dalam meningkatkan kesadaran manusia terhadap bahaya pencemaran udara. Gerakan yang dibangun dalam rangka meminimalisasi polusi udara tergolong tidaklah baru. Salah satu contoh misalnya, tepat pada tahun 1996 diluncurkan sebuah program dalam rangka mengendalikan serta mencegah pencemaran udara dan mewujudkan perilaku sadar lingkungan baik dari sumber tidak bergerak (industri) maupun sumber bergerak yaitu kendaraan bermotor melalui keputusan Menteri Lingkungan Hidup yaitu “Program Langit Biru”.

Selain itu, istilah yang muncul pada tahun 2017 bersal dari Britania Raya yakni Clean Air Day menjadi event tahunan yang menyajikan gerakan penyadaran akan tingginya polusi udara sebagai ancaman kehidupan di masa yang akan datang. Di tengah upaya Si Peduli dalam mencegah dan mengatasi meningkatnya polusi udara, Si Pebisnis tidak mau kalah. Seolah-olah, memperlihatkan perhatiannya dalam mengatasi ancaman ini dengan memunculkan program-progam yang bernuansa ramah lingkungan.

Siapa yang tidak tau tentang kendaraan listrik yang pada abad ini sedang naik daun. Pola marketing jitu dari Si Pebisnis yang membuat semua tergiur seakan-akan produk ini menjadi tren solusi kendaraan di masa mendatang. Kecanggihan dari konsep pengisian daya (charging), ekonomis, dan ramah lingkungan, seketika membungkam kampanye-kampanye Si Peduli. Lalu apakah ini menjadi solusi dari masalah emisi yang dikeluarkan kendaraan, bukankah ini hanya menggeser yang tadinya secara langsung dikeluarkan oleh kendaraan berpindah ke pabrik pembangkit tenaga listrik dan nikel. Tidak berdampak lansung di area padat pemukiman, tetapi secara tidak langsung lebih membahayakan lingkungan. Well played dari Si Pebisnis.

Pada kasus yang mirip dengan peralihan konsumsi air mineral secara lansung atau dari proses masak yang berubah menjadi air mineral kemasan. Muncul fakta menarik yang memicu perang ke dua antara Si Pebisnis dan Si Peduli. Pada tahun 2021 salah satu perusahaan di Inggris mengeluarkan inovasi baru dengan menjual udara segar yang ditampung dalam botol kaca berukuran 700 ml dengan harga 75 pound sterling sekitar 1,4 juta rupiah.  

Baru-baru ini tahun 2022 dikutip dari SoraNews 29, penjualan udara segar muncul dalam unggahan dalam aplikasi yang menawarkan “Air 2022” yang dikemas dalam kantong dan botol plastik. Penjualan dengan harga yang termasuk tinggi yakni sebesar 2.022 yen, jika dirupiahkan sebesar 234.000 rupiah. tetapi ada juga yang menjual dengan harga yang fantastis sebesar 20.022 yen jika dirupiahkan sebesar 2,3 juta rupiah.

Menggiurkan, bukan? Apakah pertarungan antara Si Pebisnis Vs Si Peduli jilid dua lagi-lagi dimenangkan oleh Si Pebisnis? Sejauh mana Indonesia akan terlibat dalam pertarungan ini, akankah Indonesia berpihak pada salah satu atau berperan ganda? Fenomena-fenomena belakangan ini yang kerap muncul dalam portal berita akan menjawab ke mana arah Indonesia.

Penulis:
Muh. Nur Muhaimin
(Peramal Andal)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • 2045: Pertarungan Jilid II Si Peduli vs. Si Pebisnis

Trending Now

Iklan

iklan