Foto: Istimewa |
Senator asal Jatim itu menguraikan beberapa bentuk dialog menuju pluralisme dan toleransi beragama di Indonesia kepada siswa SMK N 8 Jember. Salah satunya adalah konsep dialog bertingkat yang digagas oleh Krishnanda dalam bukunya Wacana Buddha Dharma. Krishnanda berpendapat ada beberapa bentuk dialog, namun tidak setiap dialog cocok untuk setiap orang dalam setiap kesempatan.
Menurut Anggota DPD RI dua periode itu bahwa dialog antar umat beragama dibedakan sebagai berikut, pertama, dialog kehidupan sehari-hari. Dialog yang dilakukan lewat kerja sama dan keteladanan kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah, tempat bekerja dan lain sebagainya. Walau tidak langsung menyentuh perspektif iman dan ajaran namun ada hikmahnya yang positif untuk pembelajaran.
“kedua, dialog melakukan pekerjaan sosial. Kerja sama antar umat beragama akan meningkatkan martabat dan kualitas hidup manusia, misalnya membantu mereka yang mengalami penderitaan karena bencana alam, melaksanakan proyek-proyek pembangunan dan lain sebagainya”, jelasnya kepada peserta sarasehan.
Berikutnya, lanjut aktifis 98 itu, adalah dialog pengalaman keagamaan. Saling memperkaya dan memajukan penghayatan nilai-nilai dan cita-cita rohani masing-masing pribadi dengan berbagai pengalaman berdoa, meditasi dan sebagainya. Praktiknya bisa dilakukan dengan kegiatan live in (di pesantren, misalnya), doa bersama untuk perdamaian dunia dan sebagainya.
“Terakhir, dialog pandangan teologis. Dialog ini dilakukan oleh ahli-ahli agama untuk saling memahami dan menghargai nilai-nilai rohani masing-masing. Melalui dialog ini mereka mengangkat pandangan keagamaan dan warisan tradisi keagamaan dalam menyikapi persoalan aktual yang dihadapi bersama”, tutup Nawardi. []