Sumber: BBC |
Cadangan dan sumber daya komoditas di sektor energi dan mineral Indonesia sangat besar. Beberapa bahkan masuk ke daftar 10 teratas di dunia, seperti untuk batu bara, panas bumi, nikel, tembaga, emas, dan bauksit.
Cadangan batu bara Tanah Air berada di peringkat ketujuh dunia. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada 2021 jumlah cadangan batu bara di kisaran 36,28 miliar ton.
Selain itu, Indonesia juga masih memiliki sumber daya batu bara sebesar 110,07 miliar ton. Dengan asumsi rerata produksi 600 juta ton per tahun, maka akan mampu mencukupi kebutuhan batu bara sekitar 60 tahun lagi.
Lebih lanjut, meskipun bukan merupakan anggota OPEC, cadangan minyak dan gas bumi Indonesia tidak kalah banyaknya. Setidaknya cadangan minyak bumi akan bertahan 9-15 tahun, sedangkan gas bumi masih cukup untuk kisaran 20 tahun lagi.
Merujuk Buku Statistik Migas 2022, jumlah cadangan minyak bumi Indonesia tahun lalu diestimasi sebesar 4,17 miliar barel. Sedangkan total cadangan gas bumi ada di level 54,83 triliun kaki kubik. Jumlah ini diperkirakan bertambah seiring dengan temuan sumur baru di Bekasi, Jawa Barat.
Selain sumber energi fosil, Indonesia juga menyimpan potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang tak kalah melimpah.
Potensi EBT dari energi surya, bayu, hidro, bio-energi, panas bumi, dan juga laut diperkirakan mencapai 3.686 gigawatt (GW). Tapi sayangnya, realisasinya baru 12,54 GW kurang dari 1 persen, atau baru 0,3 persen saja. Sehingga perlu ada langkah terobosan untuk menuju ke arah sana.
Kekayaan Ibu Pertiwi juga terlihat di sektor mineral, terutama untuk nikel, bauksit, dan tembaga. Nikel hingga saat ini justru masih menjadi harta karun Indonesia yang paling berharga dengan cadangan mencapai 21 juta metrik ton.
Menurut laporan U.S. Geological Survey, Indonesia menyandang posisi sebagai negara dengan cadangan dan tingkat produksi nikel terbesar di dunia. Pada 2022, Indonesia menghasilkan 1,6 juta metrik ton bijih nikel, meningkat 53 persen dari 2021. Dengan jumlah tersebut, negara kita menguasai 51 persen dari total produksi nikel global tahun lalu.
Sementara posisi cadangan bauksit Indonesia saat ini adalah 10 persen dari total cadangan dunia. Menempati urutan keempat di dunia, sumber daya bauksit diestimasi sebesar 6,63 miliar ton, dan cadangan bauksit sebesar 3,2 miliar ton.
Demi memaksimalkan potensi mineral, pemerintah Indonesia menggalakan hilirisasi. Hilirisasi bahkan menjadi harga mati bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada periode pemerintahannya saat ini. Ia tak ingin sejarah Indonesia mengekspor bahan mentah terulang kembali.
Untuk mendukung upaya hilirisasi, pemerintah memutuskan melakukan pelarangan ekspor bahan mentah bagi nikel, bauksit, timah hingga aluminium. Jokowi ingin hasil tambang diproses berupa barang jadi atau setengah jadi. Hilirisasi diklaim strategis karena akan mampu memberikan nilai tambah terhadap komoditas tambang Indonesia.
Hilirisasi dimulai dari larangan ekspor bijih nikel pada 2020, di mana kebijakan tersebut mampu meningkatkan nilai ekspor mencapai USD14,53 miliar di 2022. Peningkatan nilai ekspor yang cukup signifikan mendongkrak neraca perdagangan, di mana komoditas nikel mencatatkan surplus mencapai USD13,76 miliar.
Setali tiga uang, kebijakan hilirasi ini tak hanya membawa manfaat di sisi ekspor tetapi juga menumbuhkan ekosistem industry stainless steel dan menopang pemenuhan kebutuhan produksi baterai kendaraan listrik dalam negeri.
Pemerintah mencatat potensi nilai tambah dari bijih nikel menjadi feronikel dan billet stainless steel melejit 14 hingga 19 kali lebih tinggi. Sementara itu, nilai tambah yang diperoleh dari produksi baterai kendaraan listrik diestimasi mencapai 470 hingga 780 kali.
Kondisi surplus tersebut tidak hanya menyasar komoditas nikel saja melainkan juga sejumlah komoditas lainnya. Pada tahun lalu, neraca perdagangan komoditas bauksit juga mengalami surplus mencapai USD622 juta dan komoditas alumina juga memiliki surplus hingga USD600 juta.
Terlepas dari potensi energi dan mineral Tanah Air, dua kata kunci ‘transisi energi’ dan ‘hilirisasi’ menjadi pekerjaan rumah bagi pemimpin selanjutnya. Dari ketiga pasangan yang akan berlaga pada kontestasi Pilpres 2024, semuanya membawa warna dan arah yang berbeda dalam menuju transisi energi dan hilirisasi.
Bagi pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau dijuluki AMIN misalnya, energi terbarukan menjadi bagian penting tidak bisa ditinggalkan.
Dalam dokumen visi misi dan program kerja disampaikan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), sebanyak 31 kali ‘kata kunci’ menyebutkan energi, energi baru terbarukan 17 kali, ketahanan energi lima kali, tambang/mineral/SDA 19 kali, hilirisasi lima kali, lingkungan hidup/ESDG 18 kali, keberlanjutan sembilan kali, dan jumlah angka target AMIN 32 kali.
Sekretaris Dewan Pakar Timnas AMIN, Wijayanto Samirin, menyampaikan khusus untuk transisi energi pasangan calon nomor urut satu itu bakal mendorong lima perubahan. Pertama, AMIN ingin memperbaiki skenario dan target transisi energi, sehingga realistis dan kredibel. Di mana, target EBT AMIN adalah 23 persen di 2029.
Kedua, memberikan insentif fiskal dan non fiskal bagi EBT, termasuk pembiayaan riset, eksplorasi dan pembelian produk oleh PLN dengan harga menarik. Ketiga, membangun transportasi umum di 40 kota berbasis Electric Vehicle (EV), serta mengembangkan infrastruktur penunjang EV.
Keempat, fasilitasi pendanaan murah baik bersumber dari dalam negeri dan luar negeri. Kelima, aktif melakukan lobi untuk memastikan masyarakat dunia bergerak menuju net zero emission.
Sementara itu, terkait dengan kebijakan hilirisasi tengah gencar dilakukan Jokowi, AMIN tetap akan melanjutkan secara selektif. Menurut Wijayanto, AMIN sepakat untuk melarang ekspor beberapa bahan mineral untuk kemudian dilakukan hilirisasi di dalam negeri.
Tapi secara bersamaan, AMIN juga menawarkan alternatif solusi dengan membuka penerapan kebijakan termasuk di dalamnya adalah implementasi pajak ekspor. Pajak ekspor ini nantinya akan memberikan pemasukkan ke kantong negara.
Sementara terkait dengan hilirisasi, Prabowo-Gibran memastikan akan melanjutkan apa yang sudah dijalankan. Sebab selama ini, kata Bobby, pemerintah telah dibodoh-bodohi. Sederhananya, di Freeport kita tidak pernah tahu berapa jumlah tembaga, berapa jumlah emas di sana.
Sedangkan bagi Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, transisi energi menjadi mesin baru untuk menggerakkan perekonomian. Sekretaris Eksekutif TPN Ganjar-Mahfud, menyampaikan Ganjar-Mahfud akan fokus dengan apa sudah dikerjakan selama ini di Jawa Tengah, yakni membangun Desa Mandiri Energi.
Desa Mandiri Energi tersebut, diklaim menjadi bukti nyata Ganjar-Mahfud dalam mendayagunakan sumber energi lokal dan meningkatkan akses listrik andal. Khusus, di Jawa Tengah, sampai saat ini sudah ada 2.369 desa bagian dari Desa Mandiri Energi. Dari keseluruhan tersebut, 100 persennya dijamin dari energi baru terbarukan.
Dalam konteks nikel misalnya, nikel pada hari ini dikembangkan dengan teknologi Cina. Sehingga terjadi adalah Indonesia hanya mampu menyuplai 25 persen pasar EV global di dunia ini. Sementara ada 75 persen pangsa pasar EV global tidak bisa disentuh karena pilihan teknologi yang kita lakukan.
Maka, yang ingin Ganjar-Mahfud lakukan adalah mencari dan mengakses teknologi baru yang beda untuk menggantikan sebelumnya. Dengan begitu harapannya sumber daya nikel bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin dan tidak hanya suplai EV dunia, tapi juga 75 persen untuk kebutuhan.
Meskipun ketiga pasangan capres-cawapres 2024 memiliku fokus yang berbeda tetapi mereka kompak untuk melanjut program dan kebijakan hilirisasi yang diinisiasi pemerintah sebelumnya. [Red]