Foto: Istimewa |
Diketahui, terdapat 32 kader HMI yang akan berkontestasi dalam pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar HMI (PB HMI) kali ini. Fakta tersebut menunjukkan kepedulian dan semangat juang kader HMI untuk menjaga alur perjuangan oraganisasi HMI yang masih subur. 32 kader tersebut berasal dari berbagai Cabang HMI yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kongres HMI tidak terlepas dari latar sejarah. Kita tahu bahwa HMI lahir melalui tiga latar belakang historis. Pertama, situasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua, kondisi umat Islam Indonesia. Ketiga, situasi dunia perguruan tinggi dan kemasiswaan. Oleh karena itu, HMI membutuhkan pemimpin yang memiliki keilmuan yang luas tentang keislaman, kebangsaan, dan kebudayaan.
HMI sebagai organisasi besar membutuhkan pemimpin yang out of the box untuk melahirkan gagasan-gagasan cemerlang bagi negara, agama, dan bangsa. Tak hanya itu, di tengah situasi yang super cepat seperti saat ini, HMI juga membutuhkan sosok pemimpin yang dapan berinovasi dan mampu beradaptasi dengan keadaan. Dengan demikian, HMI tidak lagi diombang ambing tak terarah.
Sosok Intelektual dari Ciputat
Salah satu kader HMI yang turut serta dalam kontestasi kongres saat ini adalah Husnul Qari. Dalam hemat penulis, sosok satu ini memenuhi kriteria yang dibutuhkan HMI. Melihat dari latar belakang kehidupan dan lingkungan yang membesarkannya, dari mulai pendidikan menengah pertama hingga menengah atas, di mana ia berada berproses sepenuhnya di pesantren (Darunnajah, Ulujami). Oleh karena itu, basis ilmu tentang keislaman tidak perlu diragukan lagi.
Kemudian pada jenjang pendidikan selanjutnya, dia menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari’ah & Hukum program studi Muamalat. Di sini, Husnul banyak sekali bersinggungan dengan tokoh intelektual. Keilmuannya tentang keislaman dan kemodernan mungkin juga tidak dapat diragukan. Sebagaimana kita ketahui bahwa UIN Jakarta banyak melahirkan tokoh-tokoh intelektual seperti Komaruddin Hidayat, Azyumardi Azra, Nurcholish Madjid atau yang lebih akrab dengan sapaan Cak Nur. Di fase strata 1 ini juga banyak prestasi yang dicapai Husnul Qari, terutama selama menjabat sebagai presiden BEM Jurusan Muamalat pada saat itu.
Melangkah ke jenjang selanjutnya, Strata 2 (S2), dia melanjutkan ke Universitas Indonesia dengan fokus keilmuan Ketahanan Nasional. Dengan demikian, dua sektor keilmuan, keindonesiaan dan keislaman, yang merupakan hal fundamental dalam HMI telah dimiliki oleh Husnul Qori. Dengan track record akademis itu, Husnul Qori bisa dikatakan sebagai sosok Intelektual yang lahir dari rahim Ciputat.
Sepak Terjang Husnul Qari
Di sisi lain, aktivitasnya sekarang juga menunjang wawasan dan nasional dan internasional Husnul menjalani kegiatan sebagai Tour Leader Umroh Musafir Tour and Travel dan sebagai Peneliti Lingkar Studi Ketahanan Nasional (LISKANAS). Jadi, sosok Imam dari Ciputat ini telah banyak mengetahui perkembangan nasional dan internasional secara holistik.
Pengetahuan berdasarkan pengalaman dalam skala nasional hingga internasional ini jelas menjadi hal elementer bagi Husnul Qari untuk membawa HMI lebih progresif ke depannya. Imam dari Ciputat ini sudah tidak asing dengan diskursus global, apalagi nasional. Hal ini bisa kita telusuri dari rancangan visi serta misi yang dibentuk oleh Husnul Qari.
Dengan berbagai pengalaman dan keilmuan yang dimilikinya, dia membawa sebuah visi besar, yaitu ‘Revive HMI: membangkitkan potensi Kader HMI sebagai pelopor terciptanya Indonesia Emas’. Dengan lima Misi yaitu membangkitkan potensi Kader HMI sebagai sumber daya unggul dan berdaya saing global. Kedua, menciptakan kemandirian kader melalui sektor ekonomi kreatif dan teknologi digital, ketiga, optimalisasi wacana dan penerapan gagasan keislaman dan keIndonesiaan. Keempat, pelembagaan organisasi HMI sebagai organisasi Islam modern. Kelima, memperkuat jaringan HMI ditingkat nasional maupun internasional.
Berbagai misi ini masih diturunkan kembali ke dalam langkah-langkah teknis yang konkret sehingga apa yang menjadi target-target ke depannya bisa dihitung dengan terukur dan rasional. Husnul Qari menunjukkan bahwa sebuah mimpi yang besar, akan menjadi sangat mungkin dicapai hanya jika langkah-langkah yang diambil itu jelas, konkret, dan terukur.
Berebagai gagasan yang disusun oleh Husnul Qari tersebut, sejatinya merujuk pada beberapa orientasi, yaitu hendak menyongsong kemandirian kader HMI, menjadi seseorang yang kuat secara individu, dan pembaharu di sektor sosial. Dengan sebuah visi besar serta misi yang jelas, Husnul Qari sudah mengantongi pondasi yang kokoh sebagai nahkoda.
“Saya mengenal Qari tidak setahun dua tahun, dari maba sampai sekarang silaturahmi masih terjaga dan saya tahu betul bagaimana orangnya. Kalau mengerjakan sesuatu selalu konkret & tuntas, gagasannya juga progresif. Insya Allah Husnul Qari bisa mengemban amanah tersebut” ujar Prof. Dr. Euis Amalia, M.Ag., selaku Guru Besar Ekonomi Islam UIN Jakarta.
Imam dari Ciputat ini tidak hanya tahu urgensi dari seorang pemimpin, tetapi lebih jauh, Husnul Qari juga paham bagaimana harus memimpin, dan bagaimana membentuk sebuah kepemimpinan yang bisa mendorong HMI agar bangkit lebih baik lagi.
Richad Indra Cahya
(Kadeh HMI)