Sumber: Dream |
Sayangnya kedermawanan warga Indonesia ini kerap kali disalahgunakan oleh oknum-oknum yang hendak memperkaya dirinya sendiri. Baru-baru ini jagat dunia maya heboh oleh seorang komika Singgih Sahara, yang menyalahgunakan donasi yang disalurkan kepadanya.
Singgih berhasil mengumpulkan lebih dari 250 juta dari donasi warganet dengan alasan ibunya yang sakit gagal ginjal dan harus cuci darah serta biaya berobat anaknya yang speech delay. Namun yang digunakan untuk biaya berobat hanya 50 juta, sisanya digunakan untuk membayar pinjaman online (pinjol) dan judi online. Menyedihkannya lagi penggalangan donasi ini telah dilakukannya sejak 2021.
Masih hangat diingatan kita, beberapa tahun lalu kasus Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang menyelewengkan dana donasi oleh beberapa petinggi pengurus. Kasus ini membuat tergerusnya kepercayaan publik kepada lembaga amal. Tulisan ini bukan untuk menghakimi kedua penyelewengan donasi di atas, tapi bagaimana seharusnya kita berdonasi khususnya di bulan Ramadhan, bulan penuh keberkahan.
Ramadhan Bulan Berbagi
Bulan yang paling mulia bagi penganut agama Islam ini identik dengan berbagi melalui berbagai channel seperti sedekah, zakat, infaq, dan lain-lain. Terlebih berbuat baik pada bulan Ramadhan mendapatkan ganjaran berlimpah. Umat Islam berlomba-lomba berbagi dengan berbagi takjil, buka puasa bersama, parcel Ramadhan, dan lainnya.
Tak heran pada bulan Ramadhan ini, berbagai lembaga amal dan zakat menyebutnya sebagai “peak season”. Program unik dan inovatif dihidangkan seperti hidangan takjil berbuka. Sebagai muslim di negera paling dermawan, terdapat beberapa catatan jika kita ingin berdonasi.
Donasi yang Menenteramkan
Pertama, salurkan melalui lembaga donasi dan zakat. Menyalurkan kebaikan akan lebih tenang dan tentram melalui lembaga ketimbang langsung. Donasi yang diberikan akan dikelola oleh professional untuk diimplementasikan melalui berbagai program yang bisa menjangkau khalayak banyak dan program yang berkelanjutan. Berbeda dengan menyalurkan langsung, dapat memicu chaos maupun kecemburuan bagi yang tidak menerima bantuan.
Bantuan langsung yang membuat chaos dapat kita lihat sebagaimana terjadi di Malang. Seorang pengusaha rokok membagikan 50 ribu rupiah bagi jamaah yang melaksanakan tarawih di Masjid Jami’ Al-Ilyas di Penjalinan, pembagian ini viral dan membuat warga Penjalinan dan sekitarnya berbondong-bondong ke masjid hingga penuh, sesak dan macet.
Kedua, telisik legalitas dan perizinan lembaga terkait. Berbagai organisasi, masjid, lembaga hingga perusahaan memiliki saluran untuk menerima dana kebaikan dari para anggotanya. Ketenangan pemberi dana dapat diperoleh dengan mengetahui aspek legalitas, semakin sah dan absah sebuah lembaga semakin tenang dan tenteram.
Ketiga, cari program yang “paling relate” ke kita. Berbagai lembaga dan penerima donasi membuat banyak program, seyogyanya carilah program yang menarik dan “gua banget” sehingga jika hasil dari penyaluran program itu bermanfaat maka ada kebanggan tersendiri bagi pemberi.
Terakhir, sudah donasi saja. Kebaikan pasti akan mendatangkan kebaikan yang lain, saat anda hendak berdonasi dan bimbang, cukup tanam keyakinan bahwa anda telah lakukan kebaikan dan pasti dapat ganjaran. Jangankan berdonasi, berniat akan donasi saja sudah terhitung pahala.
Di atas itu semua, berdonasi haruslah membawa ketenterman dan kedamaian bagi pelakunya, sebab ada senyuman mereka yang bersyukur atas bantuan kita. Tetaplah berdonasi dengan aman dan raihlah ketenteraman.