Iklan

Indonesia dengan Segala Patriarkinya

narran
Senin, 13 Mei 2024 | Mei 13, 2024 WIB Last Updated 2024-06-02T12:29:22Z

opini
Foto: Istimewa
NARRAN.ID, OPINI - Tak lepas dari sejarah nya dimana perempuan sejak dulu selalu lebih dominan  pada urusan domestik dalam rumah, sedangkan lelaki lah yang pantas keluar mencari pundi-pundi uang. akan tetapi hal itu lah yang wajar jika memang sudah di sepakati, nyata nya dalam praktek yang jelas banyak perempuan yang di tuntut bekerja untuk menambah penghasilan suami sembari menanggung beban pekerjaan rumah, demikian juga hal ini tak berarti lelaki tidak perlu memiliki kemampuan dalam melakukan pekerjaan yang sekira nya pantas layak nya di lakukan perempuan.

Harus di akui memang hampir semua daerah di berbagai penjuru Indonesia masih menggenggam erat budaya patriarki ini, meskipun perkembangan global marak dimana mana terjadi, namun tetap saja logika patriarki masih bersarang utuh dan tetap di anggap relevan di berbagai masyarakat setempat.

Hal ini tidak saja di pengaruhi kultur logika masyarakat tentang patriarki yang selalu tertanam kuat, di sisi lain justru patriarki di pertahankan demi melanggengkan pihak laki-laki, ketakutan di suatu saat perempuan lah yang akan mendominasi di masyarakat, memaksa laki-laki mempraktikkan logika patriarki sebagai benteng pertahanan diri dengan sendiri nya menempatkan perempuan sebagai kelas nomor 2 dalam segala urusan.

Patriarki pun menempatkan perempuan pada posisi "the second sex" atau biasa di sebut "warga kelas dua" yang keberadaannya kurang di perhitungkan, dengan demikian perempuan selalu di anggap lemah sehingga rentan terjadi nya kekerasan dimana mana, ego laki-laki memberikan konstruksi dan pola pikir yang kuat akan dominasi mengabaikan dan menganggap sesuatu sebagai yang lemah.

Banyak sekali kekerasan perempuan merembet dimana mana, kasus tahunan yang terjadi di tahun 2023 dari Komnas perempuan mencapai 339,782 yang berbasis gender, dari banyak nya kasus tersebut adakah jalan keluar yang di lakukan? Oh tentu tidak, karena jika kita sadari bersama dari permasalahan ini salah satu nya di karenakan budaya patriarki yang masih mendarah daging di negara ini.

Lalu apa sebenar nya tindakan yang perlu di perhitungkan dengan mengklaim bahwasanya perempuan juga berhak memiliki ruang bebas yang tak di tindas oleh apapun itu selayak nya laki-laki yang merasa diri berkuasa di atas martabat perempuan, kesetaraan gender itulah yang harus di terapkan di kaula muda generasi sekarang, karena segala yang berkaitan dengan pekerjaan, ekonomi, hak Andil perempuan juga berperan di dalam nya, Indonesia dengan segala patriarki nya ini masih minim daya tangkap akan kesadaran di beberapa tempat, padahal jika di pandang dari kaca kehidupan semua nya sama tidak ada yang membeda bedakan.

Satu kata sebagai pahlawan yang menopang segala bentuk kesalahan pola pikir ialah feminisme, merupakan suatu pemahaman atas tindakan diskriminatif terhadap perempuan baik itu di dalam masyarakat, keluarga atau pun tempat kerja, pemahaman ini lah yang mengubah sebuah pola pikir manusia baik perempuan maupun laki-laki dengan mengubah keadaan menjadi suatu kondisi kehidupan harmoni, bebas dari segala bentuk subordinasi, marginalisasi, dan deskriminasi.

Apakah cukup bagi perempuan jika pendidikan mereka tergerus begitu saja setelah selesai karena budaya yang melekat di daerah nya dengan patriarki, nikah usia muda tanpa penerapan lebih lanjut akan ilmu yang di peroleh di kampus nya, praktek sekian tahun di tukar dengan keterpura-puraan menerima segala keputusan orang tua atas kuasa diri nya, kau harus menikah, masalah hidup mu biar jadi tanggungan suami mu, begitulah demikian sekiranya bisa di dengar suatu saat bagi kaum perempuan setelah selesai pendidikan nya, hal yang di anggap lumrah bagi kaum tua yang selalu berharap penerus nya sama dengan kejadian masa lalu yang terus berkelanjutan, setelah menikah nanti, dapur lah tempat dimana perempuan ber aktifitas, kamar lah tempat perempuan olahraga, dan kamar mandi lah tempat perempuan mencuci pakaian, dan begitulah seterus nya, anggapan laki-laki yang selalu memandang lemah perempuan, tidak pernah paham akan feminisme yang telah lahir sekian lama. Maka nya pendidikan itu penting akan kesadaran segala aspek. 

Berhenti Bicara Tentang Patriarki

Jika sejatinya itu hanyalah argumen belaka tanpa kesan yang nyata nampak di pelupuk mata dengan praktek yang sesungguhnya di pinta bagi kaula wanita. Penindasan, kekerasan, keputusan kekuasaan yang di gunakan dalam kesalahan dalam anggapan perempuan tidak adaptif, padahal perempuan itu bisa dalam segala hal karena naluri nya pun tidak kalah jauh dengan laki-laki, hanya saja tenaga bisa di katakan lebih cenderung tidak kuat layak nya lelaki,nyata nya dalam perspektif Islam, wanita itu adalah tulang rusuk yang hilang dari laki-laki, sebuah tulang yang sudah bengkok, semakin di bengkok kan pun patah, dan semakin mau di luruskan pun demikian akan patah, apakah seperti pemahaman yang terjadi di Indonesia ini yang mayoritas Islam? Padahal dahulu nabi mereka Muhammad tidak mengajarkan hal yang demikian, laki laki pun juga punya hak dengan apa yang di lakukan perempuan, perempuan pun juga sama, maka dari itu zaman tersebut kesetaraan akan kebiasaan non patriarki itu sangat di tanamkan. 

Perempuan di zaman ini seyogyanya sudah minim patriarki di wilayah kota tapi tidak dengan desa nya, pendidikan akan kebutuhan finansial personal di terapkan dari berbagai arah penjuru sekolah mau pun fakultas, sehingga mereka memiliki argumen yang jelas atas harapan harapan orang tua nya sehingga kemerdekaan pun bisa di capai, bekerja, beraktifitas yang bebas tanpa terkecuali, omong kosong dengan argumen laki-laki yang menjanjikan banyak hal kepada perempuan di kalangan kota bahwasanya dia mampu membahagiakan jika saja dia mau menjadi pasangan nya yang siap se hidup se mati sampai menikah nanti, keterkekangan yang nyata di lakukan agar patriarki tetap terdominasi merasa diri akan bertanggung jawab, perempuan di rumah saja dengan penuh kesadaran akan ketidak mampuan nya dalam segala hal, padahal budaya yang demikian harus segera di hapus kan dalam kehidupan tatanan sosial.


Penulis:
Very Abdul Aziz
(Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unitri Malang)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Indonesia dengan Segala Patriarkinya

Trending Now

Iklan

iklan