Sumber: Gressn.co |
Kini, dalam media sosial pun merambah dengan ke-eksisan kosmestik. Puing-puing uang pun bisa menghampiri para content creator dalam membuat konten kosmestik. Salah satunya adalah content creator muda asal Indonesia yang sangat kreatif, Jharna Bhagwani yang sukses mengundang viewers hingga pengikutnya di media sosial mencapai 3 juta dengan ide konten kosmestik (khususnya make up-nya). Maka, sudah tidak asing bilamana kosmestik kini menjadi sebuah kebutuhan baik bagi perempuan, laki-laki dan para penggiat bisnis yang berkaitan dengan kosmestik.
Kosmetik merupakan salah satu produk yang ditawarkan untuk bisa memenuhi kebutuhan sekunder bahkan menjadi kebutuhan primer bagi para konsumen tertentu, serta keinginan agar bisa tampil dengan cantik dan menarik. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menurut kegunaannya, produk kosmetik terbagi menjadi dua bagian, yaitu kosmetik untuk perawatan kulit (skincare), serta kosmetik untuk riasan wajah (make up). Namun apakah para konsumen masyarakat luas sadar dalam penggunaan kosmestik ini sebetulnya harus memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan untuk kebaikan bumi? Istilah ‘green cosmetics’ sekarang sudah mulai banyak digunakan dipasaran.
Pasalnya, terkait pemanasan global yang terjadi sekarang, maka perlu dilakukan kegiatan yang dapat mendukung kurangnya bahan-bahan yang kurang ramah lingkungan contohnya seperti yang ada pada kosmetik. Selain bahan yang harus dihindari dari bahan kimia yang berbahaya dan sulit diurai, kosmetik yang ramah lingkungan juga berarti memiliki kemasan yang bagus dan juga mudah didaur ulang serta aman untuk lingkungan.
Melihat betapa pentingnya mengkampanyekan green cosmestic tersebut dengan lingkungan, maka ini menjadi perhatian bagi kita bersama dalam beraktivitas make up dan skincare. Menurut penelitian oleh Ingrid (2016) mengatakan bahwa di Indonesia, produk kosmestik ramah lingkungan ini belum begitu dikenal oleh konsumen. Walaupun demikian, terdapat beberapa produk ramah lingkungan yang diterima dengan baik oleh pasar Indonesia. Pemasaran produk ramah lingkungan di Indonesia belum mencapai jumlah yang signifikan. Kurangnya nilai pasar produk kosmetik ini di Indonesia disebabkan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia akan penggunaan kosmetik yang ramah lingkungan.
Kesadaran konsumen Indonesia yang relatif rendah terhadap produk ini mengakibatkan dampak secara simultan terhadap rendahnya pengetahuan (knowledge) konsumen tentang kosmetik ramah lingkungan sehingga menyebabkan masih banyaknya penggunaan kosmetik yang tidak ramah lingkungan. Ardianti Tanaya (2008) mengatakan bahwa umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, ecoliteracy, sikap responden terhadap tanggung jawab perusahaan akan lingkungan dan perilaku mempertimbangkan lingkungan ketika membeli produk berpengaruh secara nyata terhadap tingkat kesediaan dalam membayarnya.
Melalui artikel ini, saya merekomendasikan kepada pembaca dan kita semua agar cermat dalam membeli produk kosmestik yang ramah lingkungan. Sebab, keuntungkan kosmestik ramah lingkungan ini selain menimbulkan keuntungan bagi bumi juga menghindari dari pemanasan global dan keuntungan-keuntungan yang lainnya, seperti: 1). “No animal testing‟: Dalam beberapa pesan kosmetik selalu ada pesan tersurat seperti diatas ini. Tidak adanya hewan percobaan dalam proses pembuatan kosmetik telah membantu kosmetik tersebut menjadi kosmetik ramah lingkungan tersebut tidak mengandalkan hewan sebagai bahan percobaan sehingga tidak tersakiti. Untuk itu, akan lebih baik memilih kosmetik dengan label seperti ini, maka kita menyelamatkan dan melestarikan fauna dan tidak menyiksa hewan; 2). Bahan yang alami: Biasanya kosmetik yang ramah lingkungan akan menggunakan bahan dari alam sebagai kandungan utama dalam kosmetiknya. Seperti dari biji-bijan, beberapa tumbuhan dan bunga sebagai kandungan kosmetik.
Selain bahan baku yang mudah ditemukan, kosmetik ini juga sudah tentu aman bagi anda dan kulit karena berasal dari alam bukan dari bahan kimia. Selain itu ramah lingkungan untuk pemanasan global yang sudah terjadi di bumi kita. Aroma terapi dari phyto glucol yang mengandung bahan alami untuk aroma terapi sehingga ketika dihirup maka wewangian natural akan tersebar dan tentunya lebih rileks, aman dan nyaman; 3). Mempebaiki skin barrier. Karena terbuat dari bahan alami, kosmetik dengan label eco friendly dapat menjaga kesehatan di dalam lapisan kulit kita sekaligus lebih aman untuk lingkungan. Sehingga masalah seperti penuaan dini, kulit kusam hingga hiperpigmentasi bisa teratasi. Jika skin barrier kita sehat, tentu kulit akan menjadi lebih cerah, lembab dan halus; dan 4). Sampah organik kosmetik ramah lingkungan dapat didaur ulang dan tidak membahayakan bagi kesehatan. Serta bagus juga ketika kita membeli produk tanpa kemasan dan lebih baik membeli yang refille sehingga ketika produk tersebut habis, kita bisa beli isi ulangnya tanpa harus menumpuk sampah kemasan terlalu banyak dan menambah jumlah limbah.
Dari hal tersebut diatas, maka kita para konsumen pengguna kosmetik harus terus belajar dan banyak memproses pencarian ilmu agar berkah untuk kita dan kemaslahatan bumi ini termasuk dalam cermat pembelian kosmestik ini. Sebetulnya, pembelian kosmestik termasuk dalam tindak perilaku. Menurut Skinner (1994) membedakan perilaku menjadi dua, yakni: 1). Perilaku yang alami (innate behaviour), yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yang berupa refleks-refleks dan insting-insting; dan 2). Perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Maka bagi konsumen yang millenal harus menerapkan perilaku operan ini bilamana dalam membeli kosmestik. Mengapa demikian? Karena menurut penelitian-penelitian relevan mengatakan bahwa masih minim konsumen membeli kosmestik dengan pengetahuan tentang kosmestik hijau dikarena kebiasaan konsumen masih dalam sebatas mencari kosmestik karena harga murah, sudah terbiasa membeli produk kosmestik tertentu, produk tertentu terkenal dan booming sehingga bergengsi serta korban iklan dimana terus menerus sering menayangkan iklan produk tersebut.
Salah satu produk kemasan yang ramah lingkungan menurut saya adalah produk The Body Shop. Pernah saat saya belanja ke mall, di depan etalase toko produk tersebu mengatakan bahwa mereka menerima kemasan produk yang telah habis dan menawarkan akan memberikan diskon belanja bilamana bersedia memberikan produk kemasan The Body Shop ke toko mereka kembali. Sebetulnya, penawaran ini adalah satu cara untuk hemat produksi kemasan dalam menanggulangi limbah sampah plastik.
Menurut penelitian Lina Salim (2020) mengatakan bahwa hanya iklan yang bertema ramah lingkungan mempengaruhi minat beli pada produk hijau. Juga ditemukan para konsumen generasi Z di Jakarta tidak mempunyai minat beli pada produk hijau, walau mereka sudah menyadari pentingnya menjaga lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Lina Salim ini sepakat bahwa produk The Body Shop ini memperhatikan prinsip-prinsip kosmestik hijau. Lina memberikan masukan lagi agar produk tersebut dapat kontinu dan meningkatkan lagi dalam melakukan iklan yang gencar dengan bertema ramah lingkungan untuk mempengaruhi minat beli responden generasi Z terhadap produk kosmetik The Body Shop. Saya berharap para konsumen bisa sensitif dan mengerti makna green cosmestic ini dengan baik dan bijaksana.
Maimunah Permata Hati Hasibuan
(Dosen UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi)