Iklan

Lucu Memuakkan Debat Pilkada 2024

narran
Kamis, 31 Oktober 2024 | Oktober 31, 2024 WIB Last Updated 2024-10-31T13:31:57Z

pilkada, debat pilkada
Sumber: Istimewa
NARRAN.ID, INTERMEZO - Tiada yang paham mengapa tontotan debat kandidat Pilkada di berbagai daerah kadang lucu dan emosional. Saat ini, debat calon kepala/wakil kepala daerah masif digelar di seluruh daerah, berjumlah 545 daerah. Salah satu syarat dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah atau pilkada itu menjadi panggung bagi para calon untuk memaparkan visi, misi, dan program.

Tak hanya itu, debat pilkada juga dianggap sebagai momentum bagi calon untuk meyakinkan pemilih. Berapa besar dampak dari debat pilkada ke elektabilitas calon?

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Chaniago berpandangan, mencermati variabel multivariat, variabel independen, dan variabel dependen yang menyebabkan orang mengambil keputusan, maka figur atau ketokohan kandidat berpengaruh paling besar, yakni 70-80 persen. Selanjutnya adalah partai politik pengusung dalam rentang pengaruh 6-20 persen.

Sementara debat pilkada tak terlepas dari variabel isu (10 persen) dan program (25-30 persen). Momen debat bisa dimanfaatkan kandidat untuk meyakinkan publik agar memilihnya lewat paparan visi, misi, dan program. Meski begitu, menurut dia, pengaruh debat antarkandidat pilkada hanya sebesar 5-10 persen terhadap pilihan publik.

”Ini yang kemudian membuat debat tidak terlalu signifikan sebenarnya kalau saya cermati pengaruhnya terhadap penentuan pilihan. Berpengaruh besar? Bisa, tapi kalau pemilih rasionalnya di daerah tidak terlalu tinggi, maka efek debat sebenarnya 5 persen saja paling maksimal,” terangnya saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (31/10/2024).

Sejauh ini, pemilih rasional di Indonesia, lanjut Pangi, memang sudah cukup besar, yakni 40-50 persen. Namun, persentase pemilih tersebut dapat mengecil apabila terdapat penggunaan politik uang dan guyuran bantuan sosial yang bisa memengaruhi pilihan pemilih.

Ini yang kemudian membuat debat tidak terlalu signifikan sebenarnya kalau saya cermati pengaruhnya terhadap penentuan pilihan. Berpengaruh besar? Bisa, tapi kalau pemilih rasionalnya di daerah tidak terlalu tinggi, maka efek debat sebenarnya 5 persen saja paling maksimal.

Pengaruh besar dari debat muncul setelahnya lewat kerja-kerja tim pemenangan. Debat kerap menyediakan banyak konten propaganda untuk serangan atau menjatuhkan lawan, dan sebaliknya promosi nilai-nilai tertentu. Berkaca dari hal tersebut, pilkada di Pulau Jawa, khususnya Jakarta, meraup pengaruh terbesar dari debat karena akses informasi.

Publik justru mengeksplorasi nilai-nilai sosiologis dalam debat kandidat pilkada, seperti sifat, gimik, ketampanan/kecantikan, kemampuan mengontrol emosi, dan lainnya. Konten bersentimen positif dan viral berpengaruh signifikan dalam ”serangan udara” atau publikasi di media sosial.

”Efeknya itu efek udara, dan kalau media sosialnya kompeten. Kalau kompeten, tapi enggak ada sinyal, enggak ada internet, tetap saja tidak akan berdampak,” tambahnya.

Sorotan publik

Dalam Pilkada Serentak 2024, total ada 545 daerah yang menyelenggarakan pilkada, yang terdiri dari 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota. Para pasangan yang akan berkontestasi pun tengah menjalani tahapan kampanye, salah satunya berisi debat antarkandidat, yang berlangsung sepanjang 25 September hingga 23 November mendatang.

Sejak mulainya periode debat pada awal Oktober lalu, penampilan para pasangan menjadi sorotan masyarakat. Beberapa di antaranya bahkan viral di media sosial, misalnya, calon bupati Nganjuk, Jawa Timur, Ita Triwibawati, yang menjadi pembicaraan warganet karena idenya memproduksi beras dari padi dan menghasilkan bawang goreng dari bawang.

Selain itu, ada pula debat antarkandidat wakil bupati Bojonegoro, Jawa Timur, yang dihentikan karena ricuh.

Kericuhan terjadi karena dalam debat yang dijadwalkan untuk calon wakil bupati itu ada salah satu calon bupati, yakni Teguh Haryono, yang berpasangan dengan Farida Hayati, turut naik ke atas panggung. Hal itu memicu protes dan keributan di panggung debat sehingga agenda pun dibubarkan.

Di sejumlah daerah dengan persaingan ketat, tak jarang membuat debat menjadi ajang saling bantah dan adu data.

Debat kandidat Pilkada Jawa Tengah, misalnya, cawagub nomor urut 1, Hendrar Prihadi atau Hendi, terlibat perdebatan dan saling bantah dengan cawagub nomor urut 2, Taj Yasin Maimoen. Hendi menyoroti kesenjangan perumahan, sementara Yasin menekankan peningkatan penerimaan daerah.


Kendati demikian, kata Aditya, penampilan dalam debat kandidat pilkada masih bisa berkontribusi pada keterpilihan calon. Hanya saja, untuk mendapatkan efek positif tersebut, para pasangan calon harus bisa tampil secara dewasa dan menekankan soal substansi gagasan selama debat berlangsung.

”Bagi pemilih, perbedaan perspektif itu akan jadi sesuatu yang produktif. Akan jadi repot kalau yang terjadi justru (debat) normatif karena tidak ada yang bisa mengeksploitasi (gagasan kandidat lain) itu,” ujar Aditya.[Red]

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Lucu Memuakkan Debat Pilkada 2024

Trending Now