 |
| Foto: Unsplash/Bryan Brittos |
NARRAN.ID, SASTRA -- Kata maaf tidak bisa menggantikan apa pun yang sudah terjadi, tetapi izinkan saya untuk merefleksikan apa yang saya rasakan. Hanya sedikit bercerita tentang bagaimana pergolakan batin saya tentang seberapa pentingnya rumah.
Dari kejauhan datang seorang pemuda membawa buah tangan, Ia menghampiri laki-laki paruh baya yang sedang menanak nasi untuk dimakan.
Laki-laki paruh baya tersebut riang gembira melihatnya, tanpa kata langsung dipeluknya dengan erat, dikecupnya pipi kiri-kanan hingga kening dan tidak lama berselang jatuhlah air mata sampai membasahi baju pemuda tersebut, duduk lah mereka di ruang tengah.
Ruangan itu seperti lorong waktu, bahkan senda gurau mereka sampai menghangatkan seluruh ruangan, tampaknya mereka sudah lama tak berjumpa. Ditengah bercerita kerasnya kehidupan, pemuda membuka bingkisan yang berisi air mineral, makanan kesukaan serta pakaian untuk dikenakan pada hari raya.
Sampailah pada puncak perbincangan mereka, laki-laki paruh baya itu bertanya dengan nada lemah lembut, menatap mata pemuda dengan berkaca-kaca dan penuh harapan, "Nak, Bapak sudah sembuh, ayo bawa Bapak pulang?" dilanjut dengan menutup botol air mineral.
Setelah pertanyaan tersebut, pemuda mengambil botol yang dipegang oleh lelaki paru baya dan merapihkan bingkisannya "Nanti ya Pak, kita tanya kepala panti dan sudah pulih dari masalah kejiwaan," jawab pemuda sambil izin pamit untuk pulang ke rumah sendirian.
Setiap orang punya alasannya sendiri untuk melakukan hal yang menurutnya baik, tulisan ini dibuat untuk mengingatkan saya seberapa pentingnya menjadi orang tua semestinya atau menjadi anak yang berbakti. Kita tidak bisa memilih siapa orang tua kita dan siapa anak kita. sekali lagi saya ingatkan, saya sayang Indonesia beserta penghuninya.
Penulis:
Abdul Rahman
#Idulfitri #Lebaran #PulangKampung #Mudik
